Joshua dan tim operasi elitnya melakukan perjalanan melintasi garis musuh, ke wilayah yang diduduki AI, hanya untuk menemukan senjata akhir dunia yang diperintahkan untuk dia hancurkan adalah AI dalam bentuk seorang anak kecil (Voyles).
Sutradara/co-writer Gareth Edwards menyatakan, "Penentuan waktu peluncuran film ini sungguh istimewa. Walaupun kami telah mengembangkan film ini selama bertahun-tahun, film ini dirilis pada saat yang sangat menarik.
Dunia kita sedang dihadapkan dengan berbagai isu dan pertanyaan yang ingin kami bahas melalui film ini—seperti makna menjadi manusia, apakah AI bisa memiliki kesadaran, dan perbedaan etika antara AI dan manusia.
Menurut saya, eksplorasi pertanyaan-pertanyaan ini adalah kontribusi terpenting yang dapat diberikan oleh fiksi ilmiah."
Selain itu, pembuat film juga memproduksi film ini dengan cara yang unik. Alih-alih merancang filmnya terlebih dahulu, mereka mengadopsi pendekatan yang tidak biasa dengan melakukan pengambilan gambar film terlebih dahulu tanpa latar belakang, dan pekerjaan desain produksi baru dilakukan selama pascaproduksi.
Edwards menerapkan metode "reverse engineering" ini pada film pertamanya, "Monsters," yang menurutnya merupakan pendekatan yang jauh lebih efisien.
Untuk mewujudkan visi sang sutradara ke layar lebar, tim produksi melakukan perjalanan ke 80 lokasi berbeda di delapan negara berbeda, termasuk Thailand, Vietnam, Kamboja, Nepal, Jepang, Indonesia, Inggris (di luar Pinewood Studios London), dan AS (di Los Angeles).
Load more