tvOnenews.com - Di Pakistan, terdapat sebuah lembah yang disebut Lembah Kalash, terletak di perbatasan Afganistan.
Lembah Kalash termasuk kawasan yang masih berbahaya karena untuk menuju ke tempat tersebut banyak penjahat dan pejuang Afganistan.
Daerah tersebut dihuni oleh suku Kalash, yang terkenal memiliki mata berwarna terang dan kulit pucat.
Suku Kalash di Pakistan. Sumber: Bombastis
Perempuan suku Kalash juga terkenal cantik-cantik. Biasanya mereka mengenakan pakaian yang unik berwarna-warni, jubah hitam panjang, aksesoris, serta tampil dengan rambut dikepang.
Sementara penduduk pria suku Kalash menggunakan Shalwar Kameez, pakaian populer Pakistan.
Pemukiman Kalash juga sangat unik, sehingga menarik wisatawan untuk datang ke tempat ini.
Mereka mayoritas tinggal di tiga sub-lembah, yakni Bumburet, Rumbor, dan Birir di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa.
Dalam suku Kalash, terdapat sebuah tradisi unik yang disebut Festival Bubulak, festival yang memperbolehkan lelaki untuk melakukan hubungan seksual dengan wanita yang ia inginkan.
Padahal, penduduk Pakistan mayoritas orang muslim. Penduduk Kalash kebanyakan masih menganut anismisme.
Pada Festival Bubulak, pria Kalash diasingkan ke pegunungan dan tinggal bersama kambing. Selama masa pengasingan itu, mereka ditantang untuk bertahan hidup hanya dengan mengonsumsi daging dan susu kambing selama musim panas.
Jika lulus, para pemuda itu boleh mengikuti ritual selanjutnya, yakni selama 24 jam diperbolehkan berhubungan badan dengan perempuan yang ia inginkan, baik perawan maupun yang sudah bersuami.
Tradisi unik tersebut juga berlaku bagi perempuan, di mana wanita suku Kalash yang sedang menstruasi akan diasingkan ke sebuah bangunan mirip asrama yang letaknya jauh dari desa yang disebut bashaleni.
Mereka tidak diperbolehkan untuk tinggal bersama dengan keluarga dan tidak boleh berhubungan serta kontak fisik dengan orang lain.
Selain itu, suku Kalash juga memiliki sebuah tradisi yang diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO.
Tradisi Suri Jagek atau tradisi mengamati matahari yaitu praktik meteorologi dan astronomi tradisional yang didasarkan pada pengamatan matahari, bulan, dan bintang yang mengacu pada topografi setempat.
Praktik Suri Jagek ini juga digunakan dalam penentuan waktu ketika akan mengadakan acara sosial, seperti festival, pesta, serta ritual peternakan dan pertanian.
Kegiatan tersebut merupakan pengetahuan asli dari warga di suku Kalash mengenai alam dan semesta.
Tak heran, tradisi Suri Jagek masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda atau Intangible Culture Heritage UNESCO pada 28 November 2018.
(Gwn)
Load more