Semarang, Jawa Tengah - Mereka yang melancong ke Kota Semarang tahu betul apa yang mesti dibeli untuk oleh-oleh. Kalau bukan bandeng, tahu bakso, atau lunpia, ya tentu saja wingko.
Jadi ceritanya, waktu itu transportasi kereta api Semarang - Surabaya sangat diminati. Penumpangnya banyak, dan kereta jurusan itu akan melewati dan stop di Stasiun Babat. Nah, di sini para pedagang pada naik kereta untuk menawarkan wingko sebagai makanan cemilan selama perjalanan.
Bahkan ada juga pedagang yang ikut naik sampai Semarang untuk menjajakannya. Perlu dicatat ya, jaman itu kereta api bebas-bebas saja orang naik. Bisa beli karcis di loket, bisa juga bayar di dalam kereta. Atau yang bandel, kucing-kucingan sama kondektur. Beda dengan jaman sekarang, jika tak punya tiket, untuk masuk peron pun tidak bisa. Dari para pedagang asal Babat itulah maka kemudian wingko dikenal sampai Semarang.
"Kalau dari cerita orang tua saya dulu, memang asal mulanya dari Babat. Dibawa sama pedagang yang naik kereta dan ditawarkan ke penumpang sampai Semarang, lalu dikembangkan di sini," kata Djoenaedi, pembuat wingko yang membuka toko di jalan Cendrawasih kawasan heritage Kota Lama Semarang
Seiring waktu, ada pembuat makanan di Semarang yang jeli melihat peluang. Kemudian membuat wingko dan memodifikasinya dengan ukuran yang lebih kecil dan cocok sebagai kudapan. Beda dengan wingko asli Babat yang ukurannya selebar piring.
"Kan jaman itu wingko dari babat besar-besar, harus motong kalau mau dimakan, lalu di Semarang dulu itu, di tahun 74, orang bikin wingko yang kecil-kecil, lebih praktis," jelas . Djoenaedi yang akrab disapa Pak Joen tersebut.
Load more