Banyumas, Jawa Tengah - Ada makanan tradisional unik, dan hanya bisa dijumpai secara endemis di sekitar Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Namanya kampelan. Makanan yang sudah ada sejak dahulu ini, mirip burger dengan kandungan lokal. Seperti apa?
Kampelan adalah gabungan ketupat dan dage, atau lazim juga menggunakan tempe. Dage adalah makanan terbuat dari bungkil kelapa yang olahannya mirip tempe, yakni difermentasi.
Dengan komposisi ini, kampelan memiliki bagian sumber karbohidrat, yakni ketupat dan protein yakni dage atau tempe. Biasanya, di tengah keduanya, diberi sambal cabai rawit merah yang pedas. Baru dibalut dengan tepung untuk digoreng.
"Tidak seperti tempe mendoan, kampelan digoreng kering sampai bercita rasa kriyuk," ujar Haryati, pedagang kampelan di Ajibarang.
Dari bahan dan cara penyajian kampelan, mengingatkan pada makanan burger yang konon asli Jerman, tapi sangat favorit di Amerika. Keduanya memiliki bagian karbohidrat dan protein, sama-sama ditangkup dan diberi saus untuk cita rasanya. Hanya saja kampelan dimasak dengan cara digoreng.
"Iya, ini mirip burger. Tangkupannya dan sekali hap.. bisa dapat karbohidrat dan lauk protein. Rasanya bisa diterima banget sama lidah orang Indonesia, karena memang goreng-gorengan," ujar Deni, warga Jakarta yang mencoba mencicipi kampelan.
Kampelan, banyak dijual di warung-warung kecil di sekitaran Kecamatan Ajibarang. Bahkan, kecamatan tetangga seperti Pekuncen, Gumelar, Wangon, dan Cilongok, juga bisa dijumpai. Bisa dikatakan, kampelan dijumpai di eks wilayah kawedanan sisi barat Kabupaten Banyumas. Tetapi, anehnya di sekitaran Kota Purwokerto sebagai ibukota Kabupaten Banyumas, kampelan sudah jarang dan sulit dijumpai. Pun di kecamatan lain di Kabupaten Banyumas .
"Iya memang ini lebih mudah dijumpai di daerah barat (Banyumas). Meski kekinian, di Kota Purwokerto dan kecamatan lain juga mulai ada yang menjajakan, karena saat ini mobilitas warga dan interaksi yang cepat melalui media sosial. Sehingga orang saling meniru dan mencoba hal baru yang bisa diterima mereka," ujar budayawan Banyumas yang tinggal di Ajibarang, Wanto Tirta, kepada tvonenews.com, Minggu (26/12).
Nama kampelan, menurut Wanto, sebenarnya pilihan kata yang tidak bermakna dasar makanan atau diambil dari cara mengolah makanannya. Mendoan misalnya, ini mengambil arti dari cara menggorengnya yang cepat. Kampelan merupakan bahasa Banyumasan yang arti harfiahnya adalah saling berpelukan antara dua orang.
"Ciri khas orang Banyumas itu 'ndablong' atau 'nakal', segala hal tak dianggap berat dan cenderung melucu. Sehinga ketika ada makanan ketupat dan tempe atau dage ditangkupkan, dikonotasikan sebagai berpelukan atau kampelan. Akhirnya menjadi nama makanan kampelan," beber Wanto.
Kampelan, lanjut Wanto, paling tepat dinikmati sebagai sarapan. Di kampelan sudah ada nasi berbentuk ketupat, lauk dage atau tempe, dan sambal. Ditemani secangkir teh pahit kental, cukup untuk persiapan beraktivitas hingga siang.
Lalu apa harapan dari budayawan terhadap kampelan? Menurut Wanto, karena ini merupakan hasil budaya, bisa dikenalkan, supaya bisa diterima masyarakat lebih luas. Lalu bisa menjadi ikon melalui pameran atau festival.
"Jika diperlukan, ini juga merupakan warisan leluhur yang bisa dipatenkan sebagai warisan budaya tak benda, seperti yang sudah disematkan pada mendoan," ujar Wanto.(Sonik Jatmiko?Buz)
Load more