Semarang, Jawa Tengah - Setiap masa libur panjang, oleh-oleh menjadi buruan para pelancong di berbagai daerah. Begitu juga di Kota Semarang. Wisatawan yang jalan-jalan menikmati liburan di ibu kota Jawa Tengah ini, menjadikan makanan khas lunpia sebagai oleh-oleh untuk keluarga dan para sohib.
Tapi itu dulu, semenjak pandemi hingga menjelang tahun baru 2022, kondisinya masih belum begitu pulih seperti masa normal sebelum pandemi. Harapan tahun ini produksi akan naik, harus disimpan dulu, mengingat pembatasan kegiatan masyarakat masih diberlakukan meski situasi sudah membaik.
Seperti terlihat di sudut Kampung Bonlancung, Kelurahan Kranggan, Semarang Tengah. Warga di sini hampir semua bekerja sebagai pembuat lunpia dan óperajin kulit lunpia. Mereka memanfaatkan teras rumah petak menjadi dapur khusus untuk membuat kulit lunpia.
Menurut salah satu perajin, Sumiyati (40), produksi kulit lunpia itu menyesuaikan seberapa laku lunpia yang dibuat oleh para pedagang oleh-oleh lunpia.
"Yang jual lunpia matang itu pesennya kulit kan di sini, di Bonlancung. Jadi kita bikinnya ya manut pesenan. Ini para penjual lunpia kan juga lagi mengeluh karena masih PPKM, sehingga produksinya masih belum kembali seperti dulu," kata Sumiyati sambil membuat kulit lunpia, Sabtu (25/12/2021).
Sumiyati tetap bersyukur, meski belum normal tapi pesanan masih jalan terutama dari luar kota. Dalam sehari ia dan kelompoknya masih bisa membuat lima ribu lembar kulit lunpia. Meski jumlah itu masih jauh dari masa normal yang bisa membuat sepuluh ribu lembar per hari.
Kulit yang terbuat dari tepung terigu khusus menjadi bahan utama lunpia selain rebung. Tepung ini dilarutkan dengan air dengan kekentalan terukur. Kemudian didiamkan semalaman, baru bisa dibuat menjadi adonan siap produksi. Cara membuatnya cukup unik.
Adonan yang sudah kalis ditempelkan pada wajan panas. Nanti bagian luar adonan akan menempel tipis dan mengering. Lalu diambil, dan inilah yang akan menjadi bahan kulit untuk membungkus isian rebung dan lain-lain menjadi gulungan lunpia.
"Ndak semua orang bisa bikin kulit lunpia. Harus latihan dan pengalaman, dan bikinnya repot dan harus telaten. Makanya yang jual lunpia matang itu milih pesen kulitnya di sini karena lebih efisien dan praktis," jelas Sumiyati yang akrab disapa dengan Mbak Miya.
Para perajin menjual kulit lunpia dalam bentuk tumpukan. Satu tumpuk biasanya berisi 50 lembar. Harganya menyesuaikan ukuran. Ada yang sedang dan ada yang lebar.
"Kalau yang sedang harganya 400 rupiah per lembar, kalau yang lebar 500 per lembar," katanya.
Tekstur kulit lunpia dengan terigu khusus ini hasilnya liat. Jadi tidak mudah sobek saat dipakai untuk membungkus racikan rebung berbumbu. (Teguh Joko Sutrisno/Buz)
Load more