tvOnenews.com - Kisah seorang anggota TNI yang awalnya menjadi kuli bangunan sempat ramai jadi perbincangan. Haidir Anam awalnya hanya kuli bangunan yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Pada usia 20 tahun, pria asal Cirebon ini merantau ke Jakarta untuk bekerja sebagai kuli bangunan di lokasi Markas Besar TNI AD.
“Saya di sini kerja proyek, kuli bangunan lah. Upah cuma Rp120.000 tapi Alhamdulillah cukup buat keluarga saya,” ujar Anam, dikutip dari kanal YouTube TNI AD.
Bekerja sebagai kuli, Anam bersyukur dengan upah pas-pasan masih bisa menghidupi dirinya dan sembilan anggota keluarganya di kampung. Anam merupakan yatim yang ditinggal ayahnya pada 2014 silam.
Anam mengenyam pendidikan hingga bangku Madrasah Tsanawiyah. Setelah itu dirinya memutuskan bekerja sebagai kuli untuk membantu keluarga dan menyambung hidup. Ia mengaku bermimpi menjadi prajurit TNI sejak masih SD, namun impian itu harus dipendam.
“Emang kamu bisa ngomong? Nanti biayanya dari mana? Mih nggak punya apa-apa, Mih jualan sehari-hari cuma urap daun mengkudu sama daun singkong. Berapa untungnya paling 10 20,” kata ibu Anam, Rosibah.
Sejak itu, dirinya membantu menghidupi adik-adiknya yang diasuh oleh ibunya yang berjalan urap sehari-hari.
“Saya ditinggal sama bapak saya, dia bilang sebelum meninggal ‘bapak cuma nitipin jaga adik kamu sama ibu kamu’. Saya teringat itu terus, makanya saya pengen kerja, saya nggak mau ingkari titipan terakhir bapak saya,” ungkap Haidir Anam.
Saat bekerja di Jakarta, semangat Anam untuk meraih mimpi kembali muncul. Jenderal Andika yang kerap berolahraga dan beraktivitas di sekitar Markas Besar TNI AD melihat Anam sebagai kuli yang pekerja keras.
Saat pendaftaran Seleksi Calon Tamtama TNI 2020 dibuka, Andika mengarahkan Anam untuk mengikuti tes. Tak berpikir panjang Anam pun bersemangat dalam mempersiapkan keperluan seleksi, mulai dari keperluan administrasi hingga persiapan fisik.
Selama mempersiapkan diri mengikuti seleksi TNI AD, Anam dibantu oleh Sandi, sesama kuli bangunan. Sandi merupakan penyandang disabilitas yang juga memiliki semangat tinggi dalam bekerja.
“Saya bersahabat dengan Anam dari dulu, dekat kayak saudara, istilahnya saling mengisi. Dia cerita ingin jadi tentara, terus dia bingung sama keluarganya,” kata Sandi.
“Anam pengen latihan lari pagi, saya bangunin, jam 03.00 pagi. Kata Anam dia pengen lari bareng Sandi, tapi Sandi-nya nggak bisa lari. Sandi bisa kasih dukungan dan semangat aja,” ungkapnya.
Anam menjalani latihan fisik dengan serius, hingga mengikuti serangkaian seleksi yang begitu ketat.
“Saya juga persiapan olahraga, jam 07.00-08.00 malam, lalu tidur, lalu lanjut jam 03.00-04.00 pagi, saya sempatkan waktu aja olahraga satu jam. Soalnya kalau saya olahraga pagi sama rombongan TNI di sini saya malu, saya kuli bangunan, saya sadar diri,” ujar Anam.
Perjuangan Haidir Anam nampak membuahkan hasil. Ia dinyatakan lulus menjadi prajurit TNI AD melalui Seleksi Calon Tamtama pada 2020. Hal itu memberikan kebahagian tersendiri bagi Anam, keluarganya, sahabatnya Sandi dan orang-orang di sekitarnya.
Usai menyelesaikan pendidikan, Anam mendapat wejangan dan arahan langsung dari Kasad, di Markas Besar (Mabes) TNI AD yang mengetahui perjuangannya sebagai kuli bangunan.
Dalam kesempatan itu, Kasad Andika Perkasa mengingatkan Anam atas sosok Sandi yang selalu mendukungnya. Sandi mengaku senang dan bahagia karena teman seperjuangannya berhasil menjadi prajurit TNI.
Saat pelantikan Prada Haidir Anam, Sandi tak bisa hadir langsung karena sakit. "Sebenarnya Sandi ingin sekali bertemu Anam, tapi karena sakit tidak bisa datang," ujar Sandi.
Anam lantas menemui Sandi di Mabes AD, ia mengaku senang bisa kembali bertemu dengan Sandi dan rekan-rekannya sewaktu masih bekerja sebagai tukang bangunan.
"Saya bertemu dengan rekan-rekan dan mantan bos saya yang mempekerjakan saya di sini," pungkasnya. (adk)
Load more