tvOnenews.com - Kasus pembunuhan Vina dan Eky masih bergulir, kini 1 orang kembali ditetapkan sebagai tersangka yakni Pegi Setiawan alias Perong.
Sebelumnya, polisi menyebutkan terdapat 11 orang dengan 3 diantaranya masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Namun, setelah Pegi tertangkap, kepolisian kini menegaskan tersangka bukan 11 orang melainkan hanya 9 orang.
Lantaran, dua DPO lainnya, yakni Dani dan Andi hanya karangan keterangan dari para pelaku lainnya yang sudah tertangkap.
“Saya tidak pernah melakukan pembunuhan itu. Ini difitnah,” teriak Pegi alias Perong.
Berdasarkan perkataan serta ekspresi dari Pegi Setiawan alias perong saat dilakukannya konferensi pers pada Minggu (26/5/2024), seorang pakar mikro ekspresi, Kirdi Putra menjelaskan ekspresinya dapat merefleksikan bahwa dirinya tidak berbohong.
Pegi Setiawan alias Perong ditetapkan tersangka kasus pembunuhan Vina. (Tim tvOnenews - Ilham)
Melalui program acara Apa Kabar Indonesia Siang, tvOne, Pakar Mikro Ekspresi, Kirdi Putra menyatakan ketika seseorang dinyatakan sebagai pelaku dalam sebuah kasus, maka akan terlihat dari dua emosi paling kuat, yaitu takut dan marah.
Emosi takut ini akan muncul ketika seorang yang berbuat kesalahan kemudian ditangkap, maka mulai membayangkan konsekuensi yang akan terjadi pada dirinya.
Kemudian secara bawah sadar, emosi takut akan keluar yang ditampilkan melalui raut wajah maupun gerak tubuhnya.
Lalu, emosi marah bila seseorang tidak melakukan tapi dituduh semena-mena. Pasti akan timbul rasa marah.
“Ketika dia proses geleng-geleng kepala, ketika dia mengatakan ‘saya tidak melakukan pembunuhan, saya rela mati’ ekspresi wajah yang ditampilkan itu tidak relatif memunculkan kemarahan,” ungkap Pakar Mikro Ekspresi, Kirdi Putra pada acara Apa Kabar Indonesia Siang, tvOne, Senin (27/5/2024).
Meski terdapat ekspresi takut, namun yang ditimbulkan tidak besar. Hal ini karena adanya pengaruh dari jangka waktu kejadian hingga penangkapan atas dirinya.
“Misalnya dia melakukannya kemarin, ekspresi tersebut masih akan kelihatan secara kental. Karena baru kejadian, dia belum mempersiapkan apapun,” ujarnya.
Kirdi menyampaikan hal ini berkaitan dengan Ilmu Investigasi, kasus kejahatan itu harus dilakukan secara cepat, akurat, dan dengan sumber sebanyak-banyaknya yang dapat digunakan.
Sebab, kalau proses semakin lama maka alat bukti semakin pudar, seperti DNA dan air mani yang tertinggal pada korban.
Pakar Mikro Ekspresi, Kirdi Putra. (Apa Kabar Indonesia Siang, tvOne)
Kedua, Ingatan saksi juga semakin pudar karena mulai lupa kejadiannya secara detail.
Yang ketiga, semakin lama maka pelaku akan semakin dapat menciptakan alibi yang berlapis-lapis, bahkan dapat bercerita oleh banyak orang dengan versinya.
“Jadi kalau ditanya, misalnya pun dia yang melakukan, begitu dilihat ekspresi takutnya juga nggak akan terlalu kelihatan,” kata Kirdi.
Berkaitan dengan pernyataan dari pelaku lainnya yang mengaku menjadi korban salah tangkap, apakah ekspresi Pegi Setiawan terlihat dibawah tekanan?
Kirdi hanya memberikan dua kemungkinan, dilihat dari bukti-bukti fakta, kemungkinan pertama memang Pegi adalah pelakunya.
“Kalau kita analisa dengan berbagai kemungkinan, saya berani untuk menyimpulkan fokus jadi 2. Yang pertama bahwa memang dia pelakunya karena ada fakta-fakta lain tetapi harus dikonfirmasi lagi,” Jelas Kirdi.
Hal ini didasarkan pada keterangan bahwa bapak kandungnya mengenalkan kepada pemilik kost dengan nama Robi Irawan sebagai keponakan.
“Fakta ini kan tidak boleh dihilangkan, kalau memang tidak ada apa-apa, lalu kenapa dilakukan?” kata Kirdi terheran.
Kemudian yang kedua, seharusnya kepolisian berani secara lugas terbuka dengan media untuk menjaga citra kepolisian supaya tidak timbul anggapan lain.
“Supaya masyarakat tidak beranggapan bahwa oke ini Drama. Jadi bukan salah tangkap. Sebab ada orang beranggapan, biar cepat selesai diambil satu orang mainin drama,” tuturnya.
Kirdi menyoroti perkataan dari Pegi Setiawan ‘Saya tidak bersalah atas pembunuhan itu’ dan ‘Saya rela mati’. Dua hal ini yang terus menerus diulang oleh Pegi di depan kamera media.
“Kalau saya diposisi itu saya bilang ‘oi bukan gua pembunuhnya, coba cek sama si…’ kayak orang kepleset mau jatuh ke sungai, dia akan berusaha meraih apapun yang ada di sekelilingnya, bukan hanya satu jenis tanaman tertentu yang diambil,” jelasnya.
“Artinya, bukan hanya dua kata itu diulang-ulang. Itulah yang membuat kalau ada orang curiga bahwa ini drama kayaknya nih. Jadi sudah seperti ada yang ngajarin dia untuk ngomong kayak gitu,” sambung Kirdi Putra.
Jadi, Kirdi menyimpulkan hal tersebut bukanlah salah tangkap hanya saja ‘dibuat drama’. Namun, dirinya percaya pihak kepolisian tidak mengambil kemungkinan yang kedua. (Kmr)
Load more