“Memang penting sekali, saya belajar tentang luka karena ledakan termasuk karena senjata api itu membuktikan memang bomnya itu dimana gitu. Apakah betul korban itu membawa Bom, apakah bom itu ada di dekatnya, atau korban ada di deket yang bawa bom atau jauh itu dari luka-lukanya,” jelasnya.
“Itu (hasil forensik) tidak bisa bohong, CCTV juga kalah dari kita yang identifikasi. Kita juga harus tahu, dia atau bukan sih yang membawa bom,” lanjutnya.
dr Hastry ditugaskan untuk siaga selama 3 hari saat terjadinya penyergapan terhadap teroris kelas kakap itu.
“(Saat penangkapan itu) saya sudah 3 hari ada di TKP,” ungkap dr Hastry.
“Setelah diperiksa di sini, kita bawa ke Jakarta untuk di autopsi. Disana, menunggu keluarganya untuk mengambil, Keluarga dari Malaysia,” jelas dr Hastry.
Kemudian, Denny Darko meminta kejelasan kepada dr Hastry mengenai pemberitaan yang terjadi saat itu bahwa Noordin M Top meninggal karena meledakkan diri.
“Iya, iya betul (meledakkan diri). Baku tembaknya dri anak buahnya,” jelas dokter Hastry.
“Setelah aman, tim penyisir bom masuk memastikan nggak ada bom lagi, baru tim Dokpol masuk untuk evakuasi jenazah,” terusnya.
dr Sumy Hastry Purwanti bersama Denny Darko. (Ist)
Load more