Rembang, Jawa Tengah - Naiknya harga gas elpiji non subsidi membuat ibu-ibu rumah tangga mengeluh karena pengeluaran bertambah, apalagi saat ini perekonomian masih belum stabil akibat Pandemi Covid-19.
Banyaknya peternak sapi di Desa Meteseh, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, menjadi berkah tersendiri bagi warga setempat. Pasalnya kotoran hewan ternak dapat dikembangkan menjadi biogas sebagai pengganti elpiji ditengah kelangkaan dan mahalnya harga elpiji.
“Awalnya saya merasa sangat keberatan dengan harga gas elpiji, trus saya mempunyai ide bagaimana meringankan beban masyarakat desa meteseh agar tidak usah membeli gas untuk memasak, akhirnya saya membuat biogas dari kotoran sapi ini. Dan Alhamdulilah sekarang sudah ada sepuluh rumah lebih yang menggunakan biogas ini,” ujar Sukamto, seorang peternak sapi di Desa Meteseh, Selasa (11/1/2022).
Dengan peternakan sistem komunal sederhana yang dikelola Kelompok Tani Ternak Subur, Desa Meteseh, Kecamatan Kaliori, Rembang, kotoran sapi yang berasal dari enam puluh ekor sapi diolah menjadi energi biogas. Caranya pun sangat mudah. Pertama, kumpulkan kotoran sapi dan campur dengan air, lalu masukan kotoran sapi kedalam tandon atau bak penampung kotoran sapi.
Akibat aktivitas bakteri anaerob pada lingkungan tanpa oksigen bebas, kotoran sapi yang telah dimasukkan ke dalam bak penampung dalam waktu tertentu akan menghasilkan biogas.
Dari bak penampungan kotoran sapi, gas yang dihasilkan tinggal disalurkan ke belasan rumah warga lewat pipa paralon untuk digunakan sesuai kebutuhan. Semakin banyak kotoran sapi yang dimasukan kedalam bak penampungan, maka semakin banyak pula biogas yang dihasilkan.
Biogas digunakan warga untuk memasak sebagai pengganti elpiji. Selain aman, pemakaian biogas dapat menekan uang belanja dan pengeluaran sehari hari.
“Biogas dari kotoran sapi yang dikelola kelompok tani ternak subur ini dimanfaatkan warga untuk memasak, untuk penerangan juga,” jelas Sukamto.
Salah satu warga yang telah merasakan manfaat dari energi biogas ini adalah Zulaikah. Menurut Zulaikah, sejak menggunakan biogas ini, dirinya bisa menghemat pengeluaran karena tidak perlu lagi membeli gas elpiji untuk memasak.
“Biogas ini sangat berguna sekali, karena irit, tidak usah beli, trus tidak takut kalau meledak. Kalo pakai gas elpiji khan harus beli mahal, kalo biogas ini gak bayar,” kata Zulaikah.
“Kalau dari segi kualitas sama dengan gas elpiji, biogas ini gasnya juga biru. Kalau gasnya mau habis warnanya merah, cuma perawatannya harus sering dibersihkan saluran api di kompor gas, biasanya seminggu sekali dibersihkan,” lanjutnya.
Untuk menghasilkan biogas sebesar sembilan meter kubik, cukup membutuhkan kotoran dari tiga sampai empat ekor sapi. Dari sembilan meter kubik biogas tersebut dapat mencukupi kebutuhan tiga rumah tangga.
Limbah cair kotoran sapi yang ada di bak penampungan bisa digunakan untuk pupuk kompos tanaman. Sementara biogas yang dihasilkan selain bisa digunakan untuk menghidupkan kompor gas, juga bisa dimanfaatkan untuk menghidupkan lampu petromak dan mesin genset.
Rencananya kedepan kelompok tani ternak subur akan meningkatkan kapasitas penampungan kotoran sapi, sehingga gas yang dihasilkan semakin banyak dan dapat mencukupi kebutuhan energi bio gas warga satu desa.(Abdul Rohim/Buz)
Load more