Banyumas, Jawa Tengah - Caping, alat pelindung kepala yang sudah berabad dipakai di negeri ini. Kini, posisinya tergeser oleh pelindung kepala modern seperti topi dan helm yang dinilai lebih praktis, kuat dan fashionable. Seorang pensiunan guru kesenian di Purwokerto Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, melakukan cara agar caping tidak segera punah, dengan cara melukisnya.
Tiap hari, ada puluhan caping dan payung kertas yang dilukis. Ya, melukis dengan media apa saja adalah nafas kehidupan Cipto.
"Ya memang dari hobi, lalu pekerjaan juga. Akhirnya apa saja, asal ada cat dan media, saya melukis," ujar Cipto.
Caping yang berbahan anyaman bambu, oleh Cipto, terlebih dahulu dilapisi dengan cat tembok. Ini agar permukaan caping bisa dipulas dengan cat minyak. Setelah kering, Cipto mulai memulasnya. Pilihan yang digunakan adalah warna-warna berani, seperti merah, kuning,dan biru.
"Ini untuk ornamen, jadi sebaiknya dengan warna yang mencolok. Karena warna asli caping natural, bisa terkamuflase kalau dipasang di dinding kayu atau bambu," tuturnya.
Setelah dipoles dengan aneka motif tradisional seperi batik, caping ini terlihat berbeda. Caping-caping yang dulunya berfungsi utama hanya menjadi tutup kepala, kini sudah menjadi ornamen dekoratif yang cantik.
Cipto memang sengaja melestarikan seni lukis caping ini, untuk mengangkat harkat caping. Sehingga lebih berguna dan terlebih menaikan nilai ekonomi.
"Orang pakai caping sekarang paling satu dua, atau hanya di event tertentu. Kalau tidak digeser fungsinya, lama-lama tidak ada yang bisa bikin caping lagi," ujar Cipto.
Setelah dilukis, nilai jual caping ini memang melonjak dua bahkan tiga kali lipat lebih. Jika caping biasa dijual hanya Rp15 ribu per buah, caping lukis bisa dijual hingga Rp 50 ribu.
Pesanan caping lukis ini sudah sampai ke sejumlah kota besar. Sebagian besar adalah untuk dekorasi ruang tunggu dan cafe-cafe. Bentuk dan warna caping lukis ini memang unik, jika dipajang di dinding semakin menambah ruangan menjadi lebih cozy. (Sonik Jatmiko/Buz)
Load more