tvOnenews.com - Legenda Timnas Indonesia era 70-an, Anjas Asmara dikenal sebagai sosok pengkritik keras Shin Tae-yong, mendesak agar pelatih timnas Indonesia itu dipecat dari jabatannya.
Anjas Asmara dikenal sebagai sosok yang kerap melontarkan kritik-kritik terhadap Shin Tae-yong.
Sama dengan sikap Bung Towel, mantan pemain Persija Jakarta itu merasa tak puas atas kinerja dari Shin Tae-yong.
Anjas Asmara lahir di Medan, Sumatera Utara pada 30 April 1952, aktif memperkuat tim Garuda pada tahun 1973 sampai 1977.
Legenda Persija Jakarta ini juga dikenang bagian dari skuad Timnas Indonesia yang hampir saja lolos ke gelaran Olimpiade Montreal 1976.
Sayangnya, Anjas Asmara saat itu gagal sebagai penendang kelima saat adu penalti Timnas Indonesia melawan Korea Utara di Stadion Gelora Bung Karno, pada 26 Februari 1976.
Alhasil timnas Indonesia gagal tampil pada Olimpiade Montreal 1976, Kanada.
Desak Shin Tae-yong dipecat
Dalam video yang dibagikan oleh Bung Towel, Anjas Asmara menegaskan bahwa Shin Tae-yong harus dipecat.
Ia menilai bahwa ada baiknya PSSI memecat Shin Tae-yong dari kursi pelatih Timnas Indonesia, setelah mengikuti Piala Asia 2023.
Menurutnya, Shin Tae-yong gagal mendongkrak performa dari skuad Garuda.
Hal itu disampaikan dalam wawancaranya bersama pengamat sepak bola Bung Towel, Anjas Asmara menilai bahwa pemain Timnas Indonesia tidak memiliki kualitas usai kalah dari Irak dan Jepang.
"Shin Tae-yong itu harus dipecat," tuturnya.
"Dia tidak bisa mengajarkan anak-anak skill individu untuk buat gol, kita kebobolan, dan kita tidak hanya melihat bola saja, tidak melihat manuver-nya orang," paparnya.
Tak hanya itu, ia juga menyoroti pemain keturunan Timnas Indonesia, Justin Hubner yang dipasang sebagai starter. "Justin ini pemain bola bukan, ketemu kan sama saya, jadi itu salah besar 4-5 kali drone, Shin tidak bikin apa-apa buat sepak bola kita, dia hanya parkir bus, apa yang mau dibela-bela oleh Justin itu," katanya.
Bela Shin Tae-yong, wartawan senior bongkar tabiat Anjas Asmara
Wartawan olahraga senior, M. Nigara membongkar tabiat dari Anjas Asmara yang kerap mengkritik Shin Tae-yong.
"Saya kira agak berlebihan Anjas, kalau Anjas kemudian tiba-tiba menyalahkan Shin Tae-yong. Kan kita harusnya berkaca pada diri kita sendiri, kita ini sudah memberikan apa," terang
M. Nigara menerangkan soal turnamen yang diikuti oleh Anjas Asmara yang membuat dirinya merasa lebih hebat.
"Apalagi turnamen ini nggak tercatat oleh FIFA, kan nggak ada apa-apa itu, gak bisa kita kategorikan sebagai itu prestasi kita," jelas dia.
"Nah kecuali kita misalnya juara SEA Games, semifinalis Asian Games, itu boleh lah menyebut diri kita legend," tuturnya.
Dia juga berpandangan Anjas Asmara belum memiliki kapasitas dalam berbicara tentang sepak bola, jika menilik prestasinya.
"Kemudian boleh kita merasa lebih dari orang lain, boleh lah itu. Kayak wartawan pernah gak ngeliput Piala Dunia? belum, aduh jangan dong lu ngomong sepak bola seolah-olah gitu kan," terangnya.
"Saya gini-gini Alhamdulillah dua kali loh ngeliput Piala Dunia. Itu pun saya gak mau menempatkan diri seperti orang paling tahu sepak bola," jelasnya.
Dia mengaku sejak Anjas Asmara aktif bermain di liga Indonesia dan timnas Indonesia, dirinya sudah menjadi wartawan.
"Semua tim nasional, dari mulai Anjas main, saya udah di tim nasional ngeliput. Sudah mulai ngeliput masa-masa terakhir Anjas itu, harusnya dia berpikir, gak apa-apa dia punya pendapat berbeda, boleh, tapi jangan kelebihan," paparnya.
Helmy Yahya bertanya bagian apa yang membuat Anjas Asmara berlebihan.
"Saya mau tanya, Pele itu orang Brasil bukan? tahun 58 loh Pele memperkuat Brasil di usia 18 tahun, orang Brasil bukan? bukan," ucapnya.
Dia mengaku mengikuti semua model tim nasional sepanjang hidupnya selama aktif menjadi wartawan.
"Maaf nih, nggak berhasil (jaman Anjas Asmara), saya tetap mengagumi, menghargai mereka, tapi mereka gagal. Kan ini fakta yang nggak bisa kita sangga ilmunya," papar M. Nigara.
Helmy Yahya menanggapi dengan mengenang sosok Anjas Asmara semasa aktif bermain.
"Saya ingat tuh, Anjas itu luar biasa, karena dia tuh dulu gondrong, tiap kali gandeng bola itu perempuan tepuk tangan," cerita Helmy Yahya.
"Tapi beliau yang gagal penalti, yang menggagalkan kita masuk Olimpiade," terangnya.
Anjas Asmara dan Bung Towel.
M. Nigara mengungkap fakta soal Anjas Asmara.
"Dia memang sebetulnya tidak ada dalam daftar gitu, tapi kemudian karena nggak berani orang yang lain," ujarnya.
"Akhirnya dia yang ditunjuk, tapi tendangannya itu gagal, dan gara-gara itu Indonesia nggak ke Montreal. Itu yang harus dia ingat, jangan sampai dia melupakan itu," jelas.
Sosok wartawan senior ini juga mengingatkan apakah di jaman Anjas Asmara timnas kita pernah mencapai performa yang baik.
"Di masa Anjas, apa SEA Games kita juara? nggak kan, apa Asian Games kita pernah ikut? nggak kan, ini fakta yang ada, kalau cuma sekedar turnamen Piala ini, Piala itu, nggak tercatat di FIFA juga," tandasnya. (ind)
Load more