Gunungkidul, DIY - Wader liwet adalah masakan tradisional pedesaan di Padukuhan Klayar, Kalurahan Kedungpoh, Kapanewon Nglipar, Gunungkidul, Yogyakarta. Meski bagi sebagian orang terbilang menu yang cukup sederhana, namun kuliner khas rakyat ini kini menjadi istimewa.
Bagaimana tidak, karena cita rasanya, sejumlah pejabat dan tokoh seperti Bupati Gunungkidul hingga GKR Hemas dari Keraton Yogyakarta, sering memesan kuliner ini untuk menu jamuan makan para tamu.
Dukuh Padukuhan Klayar, Tedjo, mengatakan, kuliner wader liwet merupakan bagian warisan budaya lokal selama ratusan tahun, atau lebih dari empat generasi hingga sekarang.
"Di wilayah kami memang dialiri Sungai Oya dan sebuah anak sungainya. Jadi keberadaan ikan air tawar sebagai lauk masyarakat memang sudah tersedia sejak dulu," terang Tedjo, Rabu (19/1/2022).
Selain menjadi salah satu menu utama di acara-acara masyarakat Padukuhan Klayar dan sekitarnya, masakan ini memiliki resep bumbu dan cara memasak yang unik dibanding masakan lainnya.
Berbeda dengan menu-menu yang lain, selain kesabaran, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk memasak wader liwet ini.
Proses memasak Wader Liwet ini dimulai dengan menyiapkan bumbu-bumbu yang terdiri dari rempah-rempahan lokal. Kemudian ikan wader dicampur dengan jantung pisang.
"Awalnya proses 'linting' atau pepes dengan daun pisang. Dilanjutkan hari berikutnya yaitu memasukkan pepes ke dalam kuwali dari tanah liat, yang sebelumnya sudah diberi alas daun pisang di dalamnya. Setelah itu santan dan bumbu rempah juga dimasukkan menjadi satu ke dalam kuwali," terang Tedjo.
"Selama empat hari, secara terus menerus kuliner berbahan baku ikan Wader (sejenis ikan air tawar/sungai) ini dimasak dengan cara 'Liwet' (rebus)," kata Tedjo.
Semua proses ini dilakukan tanpa menggunakan minyak goreng dan dimasak menggunakan api dari kayu bakar.
"Kuncinya, selama tiga hari ikan harus dimasak dengan api kecil tanpa diaduk," imbuh Tedjo.
Kuliner khas wader liwet ini, sekarang menjadi menu tradisional andalan desa wisata Klayar.
"Menu tradisional seperti ini perlu diangkat kembali, karena generasi sekarang harus tahu resep dan cara membuatnya, mengingat ini termasuk budaya warisan nenek moyang yang harus dilestarikan," kata KPH Yudanegara, menantu Sultan Hamengku Buwono X, yang hadir dalam lounching Wader Liwet di Desa Budaya Klayar.
KPH Yudanegara menambahkan, masakan tradisional seperti wader liwet ini tidak kalah dengan masakan modern.
"Terlebih kuliner ini termasuk bagian dari budaya masyarakat lokal, dan cita rasanya sangat khas dan istimewa," pungkasnya. (Lucas Didit/Buz)
Load more