Banyumas, Jawa Tengah - Meski imlek masih 10 hari lagi, produsen kue keranjang di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, sudah tidak menerima pesanan lagi alias close-order. Pesanan untuk imlek tahun ini meningkat, sehingga jika masih menerima pesanan, waktu untuk memproduksi hingga hari H imlek tak terkejar.
"Tahun ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Mungkin karena ekonomi membaik ya, jadi pasar normal kembali," ujar Rita Handayani (60) pemilik usaha kue keranjang Ny Souw di Karangklesem Purwokerto, Banyumas.
Produksi kue keranjang diperlukan waktu hingga sepekan. Dari sini, kue dijual ke reseller, baru sampai ke pelanggan. Wilayah penjualan kue keranjang milik Rita di sekitar Purwokerto hingga ke Tegal.
"Awalnya dulu saya reseller selama 15 tahun, lalu pada 2019 mencoba bikin sendiri karena sudah memiliki pelanggan, ternyata bisa diterima," ujar Rita, satu-satunya produsen kue keranjang di Purwokerto.
Kue keranjang produksi Rita ada yang beda. Lazimnya kue keranjang ada empat rasa, original, frambors, pandan, dan coklat. Rita membuat kue keranjang rasa durian.
"Rasa durian juga ada dua, yang original bahan durian asli, harganya lebih mahal dibandingkan yang menggunakan perasa," ujarnya.
Kue keranjang produksinya dijual Rp34 ribu per kg. Ada dua kemasan, isi empat ukuran 250 gram dan isi delapan 125 gram.
Proses pembuatan kue berbahan dasar tepung ketan ini, membutuhkan waktu lama dan ketelatenan. Proses pengukusan memakan waktu hingga delapan jam. Proses pengolahan ini yang membuat kue keranjang awet hingga berhari-hari.
Kue memang harus awet, karena dalam tradisi imlek, kue keranjang akan dibagikan ke kerabat. Kue bernama asli Nien Kao atau Nian Gao atau Ni-Kwee ini disebut sebagai kue keberuntungan terutama berhubungan dengan pekerjaan. Sebelum menyantap hidangan pada perayaan imlek, diawali dengan menyantap kue keranjang bersama kerabat.(Sonik Jatmiko/Buz)
Load more