Purbalingga, Jawa Tengah - Rempah menjadi daya tarik negeri ini pada zaman kolonial dahulu. Kekayaan alam ini menjadi komoditas penting dunia pada saat itu. Pun hingga kini, bumbu esensial ini tetap hadir melintas waktu.
Minuman rempah ini dikemas dalam wadah atau selongsong kupat. Sehingga saat menikmati, tinggal seduh kupatmya.
"Kalau biasanya kan dicampur menajdi wedang uwuh. Lalu saya coba pakai kantung kasa, seperti teh celup, tapi kekhasannya gak dapet. Akhirnya ketemu lah selongsong ketupat," ujar Suyatno alias Pakdhe, pencipta wedang kupat.
Beralasan memang, wedang rempah khas harus disajikan secara khas. Lalu kesan rempah sebagai bahan alami, juga harus dikemas secara alami, tanpa unsur artifisial.
"Kalau wedangnya alami, terus kemasannya kertas buatan. Seperti ada yang dikhianati," ujar Pakdhe terkekeh.
Alasan lain, di sekitar tempat tinggalnya di Kajongan Purbalingga adalah sentra sapu. Industri rumahan yang memproduksi aneka sapu, termasuk sapu lidi, ada limbah sampingan bagian daunnya setelah diambil lidinya.
Load more