Kehidupan yang seharusnya bersifat pribadi, terutama hubungan pernikahan, justru dieksploitasi demi keuntungan komersial.
Kasus ini juga memicu perdebatan mengenai etika pembuatan konten di era digital.
Banyak yang mempertanyakan di mana batas antara konten yang murni untuk hiburan dan eksploitasi kehidupan pribadi.
Dalam situasi seperti ini, baik kreator konten maupun penonton perlu lebih bijak dan kritis dalam menilai konten yang disajikan.
Pada akhirnya, pengalaman Kania menunjukkan bahwa tidak semua yang terlihat di layar mencerminkan realita sesungguhnya.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa kehidupan pribadi harus dihargai dan tidak boleh dijadikan bahan eksploitasi hanya demi konten media sosial. (udn)
Load more