tvOnenews.com - Penyerang timnas Indonesia, Ragnar Oratmangoen mengungkapkan momen kenangan pahit selama menimba ilmu sepak bola di negara kelahirannya Belanda.
Pemain keturunan Maluku ini mengaku bahwa hal ini menjadi problem terbesarnya sepanjang kariernya, tak ragu menyebut pelatih Eropa ini, bagaimana kisahnya? baca selengkapnya di bawah ini.
Ragnar Oratmangoen merupakan salah satu pemain naturalisasi yang berposisi winger, ia selalu menjadi pilihan utama Shin Tae-yong dalam beberapa laga terakhir di timnas Indonesia.
Penyerang Timnas Indonesia, Ragnar Oratmangoen menggiring bola saat kontra Australia. (tvOnenews.com/Julio Trisaputra)
Seperti pada dua laga terakhir dirinya sebagai starter, ketika timnas Indonesia berhasil menahan imbang Arab Saudi 1-1 di Jeddah, Jumat (6/9). Dan Australia 0-0.
Awalnya, Ragnar Oratmangoen melakukan aksi individu dari sisi kanan, lalu menusuk ke kotak penalti hingga melepaskan tendangan kaki kiri yang menjadi gol.
Saat itu, sepakan dari Ragnar sempat mengenai Sandy Walsh dan membuat deflect, tapi wasit tetap meresmikan gol milik pemain yang akrab disapa Wak Haji tersebut.
Shin Tae-yong, sang juru taktik itu memberikan kepercayaan kepada Ragnar Oratmangoen untuk melakoni debutnya pada laga kedua timnas Indonesia menghadapi Vietnam di Stadion My Dinh, Hanoi, Vietnam.
Pemain yang sempat dipinjamkan ke Fortuna Sittard itu dipasang sebagai starter dan sukses menjawab kepercayaan Shin Tae-yong dengan berhasil mencetak satu gol dan satu assist.
Bermain sebagai winger, Ragnar Oratmangoen memiliki kemampuan jelajah yang baik ke pertahanan lawan, dan mengacak-acak pertahanan tim lawan, bahkan memiliki tembakan yang keras.
Dalam sebuah kesempatan sesi bincang bola di podcast Sport77, Ragnar Oratmangoen membagikan bagaimana kisah awal dirinya menjadi menimba ilmu sepak bola di beberapa akademi terkenal di Belanda hingga kini bermain di Eredivisie, FC Groningen.
"Akademi usia muda, NEC Nijmegen tim Calvin Verdonk bermain saat ini, saya bermain di semua kompetisi usia muda," tuturnya dilansir youtube Sport77 Official.
"Saya bermain di sana dari usia 9 hingga 18-19 tahun, semua kompetisi usia muda," terangnya.
"Bermain sebagai penyerang kiri?" tanya Coach Riphan yang memandu podcast.
Merespons pertanyaan tersebut, Ragnar mengaku pernah bermain di semua posisi.
"Saya bermain di semua posisi, gelandang, pemain bertahan, penyerang, dimana saja," terangnya.
"Ini adalah problem terbesar dalam karier saya," tambahnya.
Tak disangka, karena dipaksa bermain di segala posisi, itu menjadikan masalah di karier seorang Ragnar Oratmangoen.
Pemain berusia 26 tahun yang bermain dengan kaki kanannya yang terbaik ini mengungkapkan keinginannya untuk menjadi pelatih setelah pensiun.
"Suatu hari nanti, apakah kamu ingin menjadi pelatih?," tanya Mamat Alkatiri.
Pemain naturalisasi Timnas Indonesia, Ragnar Oratmangoen. (Julio Tri Saputra/tvOnenews)
Merespons pertanyaan tersebut, Ragnar Oratmangoen membuka kemungkinan soal dirinya di masa mendatang bakal menjadi pelatih.
Terlebih lagi, berkaca dari pengalamannya yang tidak menyenangkan selama kariernya dipaksa bermain di banyak posisi.
Dia bahkan tak ragu bakal membuktikan dirinya lebih baik dari pelatih-pelatih yang pernah dijumpai selama kariernya di sepak bola Belanda.
"Saya hanya ingin memperlihatkannya ke mereka bagaimana yang semestinya dilakukan, tapi saya juga tidak tahu apakah saya bisa menjadi pelatih yang baik atau tidak," terangnya.
"Tapi mungkin saja, saya akan mencobanya setelah karier saya sebagai pemain selesai," tambahnya.
Sebagai informasi, Ragnar Oratmangoen resmi melanjutkan kariernya bersama FCV Dender, sebuah tim kasta teratas Liga Belgia.
Wak Haji resmi dikontrak dengan klub Belgian Pro League itu sampai tahun 2026.
FCV Dender menjadi klub pertama luar Belanda yang dibela oleh Ragnar Oratmangoen, setelah selama ini selalu memperkuat klub-klub Belanda. (ind)
Load more