Menempatkan sosok Ki Semar sebagai yang diyakini, adalah bentuk pengakuan eksistensi akar budaya Jawa oleh para penganut Konghucu. Moyang mereka yang menjejak di bumi Nusantara mewarisi rasa hormat ini kepada generasi Konghucu masa kini.
Tak hanya sosok Mbah Kuntjung, bentuk salah satu bangunan kelenteng makin mempertegas proses perkawinan dengan budaya Jawa.
"Kalau bagian gebang, bangunannya khas Kelenteng Konghucu. Tapi begitu masuk, ada satu bangunan pendopo berbentuk joglo," ujar Sobita.
Bangunan besar yang berada di bagian depan kompleks kelenteng ini bukan tak disengaja. Jika dilihat dan dibandingkan dengan bangunan lain, ukurannya sama.
Bagian atap pendopo khas joglo Jawa. Beda dengan khas bangunan khas kelenteng yang bagian genteng ujung bubungan ada ornamen naga. Warna joglo juga tidak dominan merah, seperi warna bangunan lain di komplek kelenteng.
Proses akulturasi budaya ini, ujar Sobita, menunjukan bahwa penganut Konghucu sangat terbuka. Mulai dari sosok Mbah Kuntjung, hingga bentuk bangunan adalah wujud nyatanya.(Sonik Jatmiko/Buz)
Load more