Jakarta, tvOnenews.com – Sejarah kelam G30S PKI masih menyisakan banyak tanda tanya dan misteri yang belum terungkap sepenuhnya.
Peristiwa ini tidak hanya merenggut nyawa enam jenderal dan satu perwira tinggi, tetapi juga menjadi awal dari perubahan besar dalam sejarah politik Indonesia.
Di tengah kemarahan rakyat pasca peristiwa G30S PKI, desakan untuk membubarkan PKI semakin kencang terdengar, namun Presiden Soekarno memilih untuk tidak melakukannya.
Soeharto. Sumber: IST.
Keputusan ini ternyata memiliki alasan mendalam, seperti yang diungkapkan oleh Soeharto dalam pengakuannya.
Setelah peristiwa G30S PKI, gelombang kemarahan dari rakyat menyapu hampir seluruh wilayah Indonesia.
Rakyat menuntut agar PKI segera dibubarkan, mengingat kelompok tersebut diduga kuat sebagai otak di balik kudeta berdarah itu.
Demonstrasi terjadi di berbagai daerah, diikuti dengan pembakaran kantor-kantor PKI oleh massa.
Namun, meski desakan untuk membubarkan PKI terus mengalir, Bung Karno tetap bertahan dengan keputusannya.
Ternyata, keputusan Bung Karno yang tidak mau membubarkan PKI sudah tertanam sejak lama dalam pandangannya tentang konsep Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis).
Menurut Soeharto, Bung Karno melihat PKI sebagai bagian penting dari revolusi yang sedang ia gerakkan di Indonesia.
"Situasi konflik tidak bisa diatasi karena apa? Bung Karno sendiri tidak mau membubarkan PKI. Apa sebabnya? Tadi, mengenai Nasakom," ungkap Soeharto dalam sebuah video yang beredar di media sosial.
Ia menambahkan bahwa Bung Karno telah terlanjur mempromosikan konsep Nasakom kepada dunia, termasuk melalui pidatonya di PBB.
Soekarno, dalam pandangannya, melihat PKI bukan hanya sebagai sekadar partai, melainkan sebagai kekuatan penting dalam menjaga arah revolusi Indonesia.
Bahkan, meskipun Soekarno bisa saja membubarkan PKI setelah tragedi G30S, ia memilih untuk tidak melakukannya.
"Karena beliau sudah merasa bahwa Nasakom itu terlanjur dijual ke dunia," lanjut Soeharto.
Soeharto juga menjelaskan bahwa Soekarno memandang kematian para Jenderal sebagai bagian dari gelombang besar revolusi yang sedang terjadi, sehingga ia tidak melihatnya sebagai alasan untuk mengambil tindakan tegas terhadap PKI.
"Beliau bahkan mengatakan anggaplah ini revolusi, kematian para Jenderal itu seperti riak-riak dalam gelombang samudera," kata Soeharto lebih lanjut.
Selain alasan internal, kedekatan Soekarno dengan negara-negara komunis seperti Uni Soviet dan Republik Rakyat China juga turut memengaruhi keputusannya.
Bung Karno memiliki hubungan erat dengan pemimpin negara-negara tersebut, dan langkah untuk membubarkan PKI dianggap dapat merusak hubungan internasional Indonesia pada saat itu.
Soeharto pun mengungkapkan kekhawatirannya bahwa Indonesia akan beralih dari Negara Pancasila menjadi negara dengan ideologi komunis jika PKI terus dibiarkan berkembang.
"Masalahnya bukan sekadar pembunuhan jenderal, tapi lebih besar dari itu, yakni ancaman terhadap eksistensi Negara Pancasila yang bisa tergantikan oleh ideologi komunis," tegas Soeharto.
Meskipun PKI telah dituduh sebagai dalang di balik peristiwa G30S, keputusan Soekarno untuk tidak membubarkan partai tersebut tetap menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.
Adapun peran Soeharto dalam peristiwa ini juga menjadi bagian penting dalam catatan sejarah Indonesia, di mana ia kemudian mengambil alih kekuasaan dari Soekarno dan mengakhiri era kepemimpinannya.
(ebs/anf)
Load more