Ia juga bercerita awal mula munculnya golak sebagai pengganti nasi pada menu makanan soto, tatkala dahulu dikawasan Kaliwiro dilanda musim paceklik atau musim kemarau berkepanjangan tidak ada padi yang bisa dipanen dan dimasak. Akhirnya warga pun menjadikan umbi singkong jadi makanan utama pengganti nasi yang diberi nama golak.
“Dulu kata simbah-simbah saya, di Kaliwiro pernah ada musim paceklik lama. Sampai sudah tidak ada beras lagi yang bisa dimasak, kemudian orang-orang disini cari budin (singkong) terus diolah jadilah golak buat mengganti nasi waktu itu,” cerita Mbah Jasrun.
Berawal dari situ lah kemudian muncul kuliner Saoto Golak, perpaduan antara soto sapi dengan golak singkong. Meski termasuk jenis masakan tradisional, namun saoto golak khas Kaliwiro, Wonosobo ini tetap laris manis diburu pembeli karena keunikan rasa dan cara penyajiannya.
Dan agar tak basi saat dikonsumsi, biasanya golak singkong yang sudah diolah akan disajikan panas-panas atau digoreng mendadak dan diletakkan secara terpisah dengan soto sapinya. Biasanya untuk satu porsi soto sapi berisi 10 hingga 15 irisan golak singkong.
“Kalau ada yang beli baru golaknya digoreng. Golaknya dipisah taruh dimangkok isinya ya bisa 10, bisa 15 golak” katanya.
Jika pembeli ingin menambahkan rasa manis pada saoto golak ini, bukanlah kecap yang digunakan, melainkan gula merah yang sudah dicairkan. Makin unik bukan sajian saoto golak ini?
“Ya mungkin jaman dulu harga kecap masih mahal ya, jadi para penjual soto golak menggantinya pakai gula jawa (gula merah) biar ada rasa manisnya,” ungkapnya.
Load more