tvOnenews.com - Putri Anne kembali menjadi sorotan publik setelah perubahannya pasca perceraian dengan Arya Saloka.
Salah satu yang paling kontroversial adalah keputusannya melepas hijab dan berpakaian terbuka.
Tidak hanya itu, muncul pula video yang diduga memperlihatkan Putri Anne sedang bersama seorang pria lain.
Hal ini memicu beragam spekulasi, termasuk apakah tindakan tersebut merupakan efek dari kegagalan rumah tangganya.
Psikolog Joice Manurung memberikan analisis tentang perubahan yang dialami oleh Putri Anne.
Ia menyoroti bagaimana emosi dan pengalaman hidup seseorang dapat memengaruhi keputusan yang diambil.
Menurut Joice Manurung, perubahan drastis seperti yang dialami Putri Anne biasanya tidak terjadi secara mendadak.
Joice menjelaskan bahwa tindakan seseorang kerap menjadi puncak dari akumulasi emosi yang terpendam.
“Perubahan perilaku dan ekspresi itu tidak terjadi secara tiba-tiba. Biasanya, itu adalah titik puncak atau kumulasi,” ujar Joice Manurung, dilansir dari YouTube Cumicumi.
Joice juga menambahkan bahwa ada kemungkinan Putri Anne telah menyimpan persoalan yang tidak ia sampaikan ke publik.
“Banyak situasi yang kita tahu hanya di permukaan. Bisa saja ada persoalan lain yang lebih mendasar, yang tidak dibahas secara terbuka. Kalau sekarang itu dia ubah, hanya dia yang paling paham motifnya,” jelas Joice.
Perubahan yang dialami Putri Anne, menurut Joice, bukan hanya sebatas penampilan fisik, melainkan juga pemikiran dan sudut pandangnya terhadap hidup.
Hal ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh pengalaman dan tekanan situasi yang dialaminya.
“Yang berubah sebenarnya bukan hanya sekadar penampilan, tetapi sudut pandang baru yang dimiliki sekarang. Perubahan sudut pandang itu banyak dipicu oleh situasi,” ujar Joice.
Situasi ini, termasuk komentar netizen dan pemberitaan media, dapat menjadi faktor yang mempercepat perubahan pemikiran seseorang.
Joice menegaskan bahwa hanya Putri Anne yang tahu alasan sebenarnya di balik setiap keputusan yang ia ambil.
Joice juga menyoroti kebiasaan selebriti yang mengekspresikan perasaan atau perubahan mereka di hadapan publik.
Meski hal ini bisa menjadi bentuk pelampiasan emosi, Joice menilai bahwa cara tersebut berisiko.
“Ketika seseorang ingin melampiaskan perasaannya, sebaiknya itu tidak dilakukan di hadapan publik. Mengapa? Karena ekspresi tersebut dapat dipersepsikan secara berbeda oleh publik dan bisa berdampak negatif,” kata Joice.
Ia mencontohkan bagaimana ekspresi yang awalnya dimaksudkan untuk menunjukkan kebahagiaan bisa diartikan berlebihan oleh publik, sehingga maknanya menjadi tidak positif.
Hal ini, menurut Joice, dapat memperkeruh situasi dan menambah tekanan.
Joice juga menyoroti dampak komentar publik terhadap masalah pribadi seseorang.
Ia menjelaskan bahwa intervensi netizen sering kali memperumit masalah yang awalnya bersifat pribadi.
“Komentar-komentar dari netizen atau publik sering memperkeruh keadaan. Masalah yang awalnya masih dalam kadar wajar jadi lebih berat dan kompleks karena intervensi publik ini,” ujarnya.
Hal ini menjadi salah satu konsekuensi dari terbukanya kehidupan pribadi selebriti di media sosial.
Joice menilai, jika seseorang sadar akan konsekuensi tersebut, ia seharusnya membatasi apa yang ditampilkan kepada publik.
“Kalau saya melihat seseorang yang sadar akan sebuah konsekuensi dari perilakunya pasti membatasi apa yang dia tampilkan di publik, supaya tidak menyerang balik,” terang Joice.
“Namun kalau itu dibiarkan terbuka, ya ada kemungkinan lain memang itu untuk kepentingan branding misalnya, atau untuk menjadi viral,” pungkasnya. (adk)
Load more