tvOnenews.com - Karier Pratama Arhan sebagai pesepak bola profesional saat ini tengah menjadi sorotan publik.
Bek kiri andalan Timnas Indonesia itu, yang kini merumput di Suwon FC, diketahui memiliki kontrak yang akan berakhir pada tahun 2025.
Meski mendapat kritik karena dianggap kurang mendapatkan menit bermain di Liga Korea Selatan, Arhan tetap menjadi salah satu pemain kepercayaan Shin Tae-yong.
Namun, siapa sangka perjalanan Pratama Arhan hingga menjadi pemain yang disegani seperti sekarang bukanlah sesuatu yang mudah.
Ibunda Arhan, Surati, berbagi cerita tentang perjuangan keluarga mereka yang penuh tantangan demi mendukung mimpi anaknya menjadi pesepak bola profesional.
“Saya ini bukan dari golongan ekonomi kaya. Kami orang miskin. Dulu kami sering jual-jual barang untuk mendukung anak saya mengikuti kompetisi,” ujar Surati dengan nada haru.
Surati mengungkapkan bahwa untuk membiayai Arhan dalam berbagai kompetisi sepak bola, keluarganya sering kali harus mengorbankan apa yang mereka miliki.
Bahkan, mereka pernah menjual kambing hingga gabah untuk mencukupi kebutuhan tersebut.
“Lha gimana lagi, punyanya itu, ya kita jual yang ada. Pernah bapaknya pulang bawa gabah, ya kita jual,” kenangnya.
Biaya yang dibutuhkan untuk membeli peralatan sepak bola, seperti sepatu, serta untuk ongkos transportasi ke lokasi pertandingan.
Pengeluaran ini tidaklah kecil bagi keluarga mereka yang tinggal di desa Sidomulyo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Meski begitu, Surati dan suaminya, Sutrisno, tidak pernah menyerah demi melihat anaknya bisa menggapai cita-citanya.
Pada suatu hari, mereka harus membeli sepatu baru untuk Arhan.
Lantaran keterbatasan dana, ia hanya mampu membeli sepatu murah seharga Rp25 ribu.
“Pernah tak beliin sepatu murah, tapi sekali pakai langsung jebol,” katanya sambil tertawa kecil.
Meski kecewa, ia tetap berusaha mencari uang tambahan untuk membeli sepatu yang lebih layak agar Arhan tetap bisa bermain dengan baik.
Demi mengasah kemampuan sepak bolanya, Arhan rutin mengikuti latihan di Sekolah Sepak Bola (SSB) yang jaraknya sekitar 12 kilometer dari rumahnya.
Kegiatan tersebut diadakan tiga kali dalam seminggu. Ayah Arhan, dengan setia mengantar jemput anaknya meski kondisi mereka saat itu serba terbatas.
“Kalau nggak diantar menangis. Padahal di rumah sedang hujan. Ya akhirnya diantar. Semangat dia di sepak bola begitu tinggi,” cerita Surati.
Kesungguhan Arhan dalam berlatih dan tekadnya untuk sukses menjadi motivasi besar bagi kedua orang tuanya.
Mereka percaya bahwa usaha keras Arhan akan membuahkan hasil, meskipun harus melalui berbagai pengorbanan.
Kini, semua perjuangan tersebut terbayar lunas. Arhan tidak hanya menjadi pemain Suwon FC, tetapi juga terus dipercaya oleh pelatih Shin Tae-yong untuk memperkuat Timnas Indonesia.
Meski belum mendapatkan banyak waktu bermain di Korea Selatan, kehadiran Arhan di skuad Garuda tetap menjadi kebanggaan bagi keluarganya dan masyarakat Indonesia.
Kisah perjuangan Pratama Arhan dan keluarganya memberikan inspirasi bagi banyak anak muda Indonesia yang bermimpi menjadi atlet profesional.
Dedikasi, kerja keras, dan dukungan keluarga menjadi kunci utama dalam menggapai cita-cita, tidak peduli seberat apa pun tantangan yang dihadapi. (adk)
Load more