Meski banyak varian, namun bahan dasar yaitu es puter tetap mempertahankan resep tradisional sejak awal kedai ini buka.
"Resep es tetap sama, tapi untuk toping itu dari pembeli juga yang minta. Mbok dikasih ini mbok dikasih itu. Ya namanya kita melayani ya kita buatkan, sehingga kita sediakan variasinya. Tapi es puternya tetap tidak berubah," ungkapnya.
Bagi penggemar tradisional, es santan dengan campuran kelapa muda atau kelapa kopyor teyap jadi favorit, karena menghadirkan citarasa tempo dulu. Sedang mereka yang suka coba menu baru, es rasa durian jadi idola. Ada juga yang suka menu campur, yaitu es puter kelapa kopyor yang diberi kolang-kaling, alpukat, puding, serta ada toping duriannya. Semua sesuai selera, dan tentu saja harga.
"Yang saya suka itu rasa es puternya manis gula asli. Tidak pakai pemanis buatan. Dari rasanya bisa tahu kok. Lalu bekunya itu pas, tidak terlalu keras tapi tidak terlalu lumer juga. Memang tidak selembut es krim misalnya, tapi justru itu yang bikin khasnya es puter tradisional," kata Vina, warga Semarang penggemar kuliner tradisional.
"Yang durian. Rasanya tajem dan menggigit. Apalagi diaduk bareng es puternya, klop," timpal Rudi yang ada di sebelahnya.
Semangkuk es conglik harganya antara 15 ribu hingga 30 ribu rupiah sesuai menu yang dipesan. Yang perlu dicatat, kedai ini buka mulai petang hingga malam hari. (Teguh Joko Sutrisno)
Load more