tvOnenews.com - I Wayan Agus Suartama (IWAS) atau yang dipanggil Agus akhir-akhir ini membuat publik terbagi menjadi dua kubu.
Bagaimana tidak, pria penyandang disabilitas itu telah ditetapkan oleh kepolisian sebagai tersangka kasus pelecehan seksual. Dari update terkini, korbannya sudah mencapai 13 orang perempuan.
Namun, Agus justru mengaku bahwa ia tidak mungkin melakukan hal tersebut. Sebab, dirinya adalah penyandang disabilitas, di mana Agus tidak memiliki dua tangan yang utuh.
Hal itu membuat sejumlah orang percaya, bahwa pihak kepolisian telah salah menangkap tersangka kasus pelecehan tersebut. Alhasil, menjebak orang difabel seperti Agus untuk dijadikan tersangka.
Sementara itu, di sisi lain, ada juga yang percaya, bahwa meski memiliki keterbatasan fisik, tapi bukan tidak mungkin untuk seorang laki-laki dewasa melakukan tindakan seperti itu.
Ditambah lagi, meski tak memiliki dua tangan, Agus masih tetap bisa melakukan sejumlah aktivitas fisik menggunakan kedua kakinya.
Dalam tayangan di sejumlah media massa, Agus terlihat bisa memainkan gamelan, mengakses telepon pintarnya, mengambil gelas air minum, hingga menumpangi motor.
Namun, di sisi lain, publik juga bertanya-tanya, jika Agus benar-benar melakukan hal tersebut, lantas bagaimana caranya pria tersebut melakukan rudapaksa terhadap para korbannya.
Dr. Zulvia Oktanida Syarif, psikiater forensik Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), justru menyoroti perilaku Agus saat diwawancarai dalam program Apa Kabar Indonesia Malam di tvOne.
"Kalau melihat dari kasus yang ada, kita melihat adanya indikasi kemungkinan ini suatu manipulasi psikologis, karena ada perbedaan cerita antara korban-korban yang enggak cuma satu dan ada cerita dari terduga pelaku yang sangat bertolak belakang," ujar dr. Zulvia, dilansir program Apa Kabar Indonesia Malam di tvOne yang tayang pada Selasa (3/11/2024).
Dr. Zulvia mengatakan, bahwa apa yang dilakukan oleh Agus bisa saja diduga sebagai manipulasi psikologis yang dilakukannya tak hanya kepada korban, tapi juga publik yang mengikuti kasus tersebut.
Menurutnya, hal tersebut membuat opini publik jadi terbagi antara yang merasa bersalah karena telah menuduh Agus sebagai tersangka, atau ternyata memang pelecehan tersebut dilakukan atas dasar suka sama suka.
"Mungkin kita jadi merasa bersalah kalau kita menuduh dia, misalnya, kan dia seorang difabel, contohnya. Atau kita jadi merasa 'iya juga ya jangan-jangan beneran suka sama suka', kita jadi ikut terbawa dengan manipulasi yang disampaikan oleh terduga pelaku," ujarnya.
Oleh karena itu, dr. Zulvia mengatakan perlunya kehati-hatian dalam kasus pelecehan seksual yang menyeret nama Agus tersebut.
Menurutnya, jika dilihar dari cuplikan video saat Agus diwawancarai dalam program Apa Kabar Indonesia Malam yang tayang pada Senin (2/11/2024) lalu, dr. Zulvia melihat, bahwa Agus cukup pandai berbicara.
"Kita perlu betul-betul berhati-hati dan kalau melihat dari sekilas cuplikan video tadi, kita lihat bahwa si terduga pelaku ini cukup smart, pandai berbicara," jelas dr. Zulvia.
Hal itu dibuktikan dari bagaimana ketika Agus bisa menggeser topik yang sedang ditanyakan atau jadi bahan pembicaraan saat itu. Bahkan, pergeseran topik itu sangat cepat dilakukan olehnya tanpa sadar.
"Ketika tadi diwawancara ada penggeseran topik. Jadi ditanyanya apa, kemudian tanpa sadar langsung digeser ke arah bahwa memang 'Oh aku dijebak'," sambung dr. Zulvia menjelaskan.
Menurut psikiater tersebut, publik harus bisa berhati-hati dalam mempercayai informasi untuk diyakini dalam kasus ini. Sebab, seseorang yang jago melakukan manipulasi sangat mudah untuk memutar balikan fakta hingga gaslighting.
"Kita harus lihat terlebih dahulu mana yang kayaknya memang lebih bisa kita yakini sebagai apa yang terjadi real (nyata), karena memang seseorang yang jago manipulasi sangat mudah memutar balikkan fakta atau melakukan gaslighting,
Hal itu juga yang membuat korbannya jadi ragu terhadap apa yang telah terjadi pada dirinya.
"Korban juga jadi ragu, 'apa iya ya jangan-jangan saat itu memang aku yang mau' atau 'aku yang bodoh ya?'," ujarnya. (ism)
Load more