tvOnenews.com - Gus Miftah ditanya seorang pelajar SMA soal gaya ceramahnya yang masih sering menggunakan kata-kata kasar.
Belakangan ini Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Hal itu karena video viralnya yang mengolok-olok seorang penjual es teh di tengah-tengah ceramahnya di Magelang, Jawa Tengah.
Akibat video viral tersebut, Gus Miftah menerima banyak kritik pedas dari masyarakat, sebab ucapannya dinilai tak pantas diucapkan oleh seorang pendakwah.
Sebagai rasa tanggung jawab, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Ora Aji itu akhirnya memilih untuk mundur diri dari posisinya sebagai Utusan Khusus Presiden.
Saat ini, berbagai video Gus Miftah banyak tersebar di media sosial, termasuk rekaman lama dari sesi kajian yang pernah ia sampaikan.
Salah satunya yang viral di medsos adalah ketika Gus Miftah 'diskakmat' oleh seorang pelajar SMA ketika dirinya mengisi acara di sebuah sekolah.
"Gus Miftah ini kan seorang kyai, prinsip Gus Miftah ini kok sering ngomong kasar itu gimana?" tanya seorang pelajar SMA, sebagaimana dilansir dari video di akun TikTok @bocil_reserse48.
"Karena yang saya hadapi ini wajah-wajah seperti kamu," ujar Gus Miftah dengan nada bercanda.
Gus Miftah menjelaskan bahwa kebiasaannya menggunakan kata-kata kasar sengaja dilakukan sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada kelompok marginal.
"Kebiasaan saya ngomong agak nggak enak, itu sengaja untuk membuat saya dekat dengan kawan-kawan saya kaum marginal," ujar Gus Miftah.
Ia juga mengungkapkan bahwa dulu pernah mengaji dan membaca ayat-ayat suci, namun pendekatan tersebut tidak disukai oleh kaum marginal sehingga mereka enggan untuk melanjutkan mengaji.
Karena itu, pendakwah kelahiran Lampung pada 5 Agustus 1981 tersebut memilih menyampaikan ceramah dengan gaya santai agar kaum marginal merasa nyaman dan tetap ingin belajar.
Selain itu, Gus Miftah juga berbagi pengalaman ketika dirinya mengaji bersama sejumlah perempuan yang bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK).
Pada saat itu, dia menjabat tangan mereka meskipun bukan muhrim.
Hal itu ia lakukan karena para PSK tersebut enggan melanjutkan kegiatan mengaji jika Gus Miftah menolak untuk bersalaman, karena mereka menganggapnya sok suci.
"Saya pernah ngaji, terus salaman sama mbak-mbak PSK. 'Bukan muhrim kok salaman' Bapak ibu tahu alasannya apa? Dulu saya memutuskan tidak salaman, dianya tidak mau ngaji. 'Nggak usah ngaji, dianya sok suci'," cerita Gus Miftah.
"Kalau dalam bahasa ushul fiqih itu ada bahasa ngambil darurat yang lebih ringan. Saya mendingan menerima salaman mereka, tapi mereka mau ngaji, dari pada mereka tidak salaman, mereka tidak mau ngaji," sambungnya.
Gus Miftah menerangkan, bahasa-bahasa kurang enak itu dipakainya karena terbiasa bertemu dengan golongan marginal tersebut.
"Bahasa-bahasa saya itu terbiasa kalau ketemu mereka," ujarnya.
Kendati demikian, Gus Miftah mengatakan bahwa kesehariannya bersama sang istri dirinya menggunakan bahasa Jawa krama atau bahasa yang lebih sopan.
"Kalau kalian tahu keseharian saya, saya sama istri saya boso. Saya aja sama santri boso," kata Gus Miftah.
"Karena biasanya kegagalan dakwah itu karena adanya jarak antara kyai dengan jamaah," pungkasnya.
(gwn)
Load more