tvOnenews.com - Nama I Wayan Agus Suartama atau Agus Buntung mendadak menjadi sorotan setelah ia diduga melakukan pelecehan seksual terhadap 15 wanita, termasuk beberapa korban yang masih di bawah umur.
Meskipun memiliki disabilitas, Agus berhasil memanipulasi korbannya dengan cara yang cerdik dan licik.
Pengakuan salah satu korban yang diundang ke podcast Deddy Corbuzier semakin mengungkap modus Agus dalam memanipulasi targetnya.
Agus diketahui sering beroperasi di dua lokasi, yaitu Taman Udayana dan Taman Sangkareang.
Tempat-tempat ini menjadi saksi bisu bagaimana Agus mengincar wanita yang sedang sendirian, menggunakan pendekatan yang penuh manipulasi emosional.
Korban kelima, yang berbicara kepada Deddy Corbuzier, mengungkapkan bagaimana Agus memulai aksinya dengan memainkan perasaan iba korban.
Menurut korban, Agus selalu mengeluarkan pernyataan yang merendahkan dirinya, sehingga memicu rasa kasihan dari targetnya.
“Saya bukan pengemis, saya cuma mau nanya berhak nggak saya hidup?” kata Agus kepada korban.
Namun, inilah yang menjadi awal jebakan psikologis yang dibuat oleh pria tersebut.
Agus semakin merendahkan dirinya dengan mengatakan, “Banyak orang-orang yang men-judge saya, banyak yang bilang saya tuh buntung, banyak yang mengolok-olok saya.”
Kalimat-kalimat ini membuat korban merasa harus membantu Agus, sehingga ia menaruh kepercayaan lebih pada pria tersebut.
Setelah korban mulai merasa kasihan, Agus meningkatkan aksinya dengan menciptakan situasi di mana ia tampak tidak dihargai oleh orang lain.
Korban mengisahkan, “Dia beli minum tapi nggak dianter-anter, terus bilang gini, ‘Pasti nggak dianterin, saya sering nggak dihargai.’”
Agus kemudian mengajak korban ke lokasi lain dengan dalih ingin memberikan imbalan atas kebaikannya.
Ketika korban menolak, Agus menggunakan tekanan emosional dengan mengatakan bahwa korban tidak menghargainya.
“Dia bilang, ‘Tapi kamu nggak menghargai saya, saya sedih,’” lanjut korban.
Dalam kondisi tersebut, korban akhirnya mengalah dan mengikuti Agus ke lokasi lain, yaitu Taman Sangkareang.
Namun, situasi menjadi semakin rumit ketika Agus mengarahkan korban ke penginapan dengan alasan ingin mengantarkannya pulang.
Kasus ini mengundang perhatian pakar psikologi forensik, Reza Indragiri, yang memberikan analisis tentang modus Agus.
Menurut Reza, masyarakat sering salah kaprah dalam melihat kasus kekerasan seksual, karena fokus mereka hanya pada tindakan fisik.
Padahal, dalam banyak kasus, pelaku menggunakan manipulasi psikologis yang sangat efektif.
“Betapapun dia tunadaksa, namun dengan mengandalkan kecerdasan yang dia punya, dia sekali lagi akan bisa melakukan siasat psikologis terhadap targetnya,” ujar Reza Indragiri dalam wawancara di YouTube tvOne.
Reza menjelaskan bahwa siasat psikologis yang digunakan Agus termasuk ancaman, intimidasi, dan tekanan emosional.
Namun, ia juga menggunakan metode lain yang disebut grooming behavior.
“Grooming behavior itu berupa tipu muslihat, iming-iming hadiah, ajakan pertemanan, tawaran persaudaraan, perlindungan, dan hal-hal yang terkesan positif lainnya,” jelas Reza.
Agus menggunakan pendekatan yang halus tetapi manipulatif untuk menaklukkan korban.
Ia menciptakan rasa kasihan dan kepercayaan yang kemudian dieksploitasi untuk kepentingannya sendiri.
Kasus ini menunjukkan bahwa pelecehan seksual tidak selalu melibatkan tindakan fisik yang jelas, tetapi bisa terjadi melalui manipulasi emosional yang rumit.
Dengan kecerdasannya, Agus mampu memanfaatkan kondisi disabilitasnya untuk membangun rasa iba, kepercayaan, dan akhirnya memanipulasi korbannya.
Hal ini menjadi pengingat bahwa masyarakat perlu meningkatkan kesadaran tentang tanda-tanda manipulasi psikologis, terutama bagi individu yang rentan.
Sementara itu, pihak berwenang diharapkan terus mendalami kasus ini dan memberikan keadilan bagi para korban. (adk)
Load more