Ia menjelaskan, panggilan "Gus" ditujukan sebagai penghormatan untuk keturunan atau anak seorang kiai, baik yang hidup di dalam pesantren maupun tidak.
"Gus itu harus dzuriyahnya kiai, anak kiai langsung. Panggilan 'Gus' sebagai panggilan kehormatan," ujar Mohammad Sobary, dilansir dari kanal YouTube 2045 TV.
Bahkan, Kang Sobary tak enggan menyebut Gus Miftah sebagai gus palsu dan seperti seorang copet yang bisa mengaku menjadi siapa saja.
Menurut budayawan kelahiran 7 Agustus 1952 tersebut, keputusan Gus Miftah untuk mundur dari jabatannya baru separuh dari langkah dalam upaya perbaikan diri.
Load more