tvOnenews.com - Kegagalan Timnas Indonesia dalam Piala AFF 2024 menjadi sorotan tajam publik sepakbola tanah air.
Pelatih kepala Shin Tae-yong (STY) menjadi sasaran kritik setelah tim asuhannya gagal menampilkan performa terbaik dan harus tersingkir di fase grup.
Kekalahan dari Filipina dengan skor 0-1 pada laga terakhir penyisihan Grup B di Stadion Manahan, Solo, Sabtu (21/12/2024), memperburuk situasi.
Banyak pihak menilai kualitas pelatih asal Korea Selatan itu tidak memberikan hasil sesuai ekspektasi.
Pasca kekalahan tersebut, media sosial dibanjiri kritik pedas terhadap STY.
Di platform X berbagai tagar seperti #STYOUT dan #STYTanpaDiasporaNol mulai trending.
Tagar ini menyoroti kelemahan STY yang dianggap ketergantungan pada pemain diaspora.
Selain itu, ia juga dianggap tidak memberikan solusi dalam laga krusial di Piala AFF.
Namun, di balik gelombang kritik tersebut, muncul fakta mengejutkan.
Melainkan diduga merupakan hasil kerja para buzzer yang memanfaatkan situasi untuk keuntungan pribadi.
Beberapa akun di X mengungkap adanya komunikasi antara buzzer dan netizen tertentu untuk memviralkan tagar tersebut.
Dalam percakapan yang beredar, terungkap bahwa buzzer menawarkan bayaran sebesar Rp700 per cuitan dengan syarat tertentu.
Setiap cuitan harus memiliki minimal lima kata, tidak boleh menyalin unggahan orang lain, dan diarahkan untuk menyudutkan pelatih Shin Tae-yong.
Tujuan dari tindakan ini diduga bukan semata-mata evaluasi terhadap kinerja pelatih, melainkan agenda tertentu yang memanfaatkan kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2024.
“Hashtag yang lagi trending di X sangat lucu. Evaluasi itu penting, tapi bukan dengan memutarbalikkan fakta dan merusak reputasi pelatih,” tulis akun @idn_abroad yang juga mengkritisi keberadaan buzzer tersebut.
Tidak semua kritik terhadap Shin Tae-yong berasal dari pihak yang terorganisasi seperti buzzer.
Sebagian netizen yang peduli dengan perkembangan sepakbola tanah air juga mengutarakan kekecewaan mereka secara konstruktif.
Mereka menyoroti permasalahan mendasar seperti pembinaan usia muda, kualitas liga domestik, dan manajemen sepakbola nasional yang masih jauh dari ideal.
“Kapan majunya sepakbola kita kalau selalu sikut sana-sikut sini? Kalau kalah sedikit, langsung ganti pelatih,” tulis salah satu netizen.
Ada juga yang menyarankan agar dana yang digunakan untuk membayar buzzer lebih baik dialokasikan untuk pembinaan pemain muda.
“Daripada duitnya buat bayar buzzer, mending dipakai untuk pembinaan yang bagus biar melahirkan generasi emas,” kata akun lain.
Kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 memang patut menjadi bahan evaluasi menyeluruh.
Namun, menyerang pelatih secara personal tanpa mempertimbangkan faktor lain seperti kualitas pemain, dan kompetisi domestik justru berpotensi merusak ekosistem sepakbola nasional.
Meskipun demikian, kritik terhadap STY juga menjadi pengingat bahwa ekspektasi publik terhadap Timnas Indonesia semakin besar.
Setelah berhasil membawa Timnas U-20 dan U-23 meraih hasil positif di turnamen lain, kegagalan di Piala AFF ini menjadi tamparan keras bagi semua pihak yang terlibat. (adk)
Load more