tvOnenews.com - Keputusan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir untuk mengganti pelatih timnas Indonesia di tengah perjuangan menuju Piala Dunia 2026 menuai sorotan tajam.
Meski Indonesia masih berjuang di putaran ketiga kualifikasi zona Asia, Erick menilai pergantian pelatih bukanlah hal yang harus dibesarkan.
Namun, langkah ini justru mendapat tanggapan kritis dari publik, terutama netizen yang mempertanyakan langkah strategis PSSI.
Dalam pernyataannya di Menara Danareksa, Erick Thohir menegaskan bahwa dinamika pergantian pelatih adalah hal yang lazim di dunia sepak bola.
Ia menyebut bahwa banyak negara lain juga melakukan pergantian pelatih meskipun sedang bertarung di ajang penting seperti kualifikasi Piala Dunia.
“Saya rasa hal yang biasa. Memang untuk posisi Kualifikasi Piala Dunia ini banyak negara-negara mengganti pelatihnya, tinggal dihitung risikonya. Hari ini adalah waktu yang terbaik karena kita masih punya waktu 2,5 bulan,” ujar Erick Thohir.
Menurutnya, keputusan mengganti Shin Tae-yong dengan pelatih baru asal Belanda telah melalui pertimbangan matang.
Meski mengakui adanya risiko, ia meyakini keputusan ini lebih baik diambil sekarang ketimbang menyesal di kemudian hari.
Erick mengungkapkan bahwa dinamika yang terjadi di tubuh timnas Indonesia tidak bisa dijelaskan secara rinci kepada publik.
Keputusan mengganti pelatih diambil demi menjaga stabilitas tim, bukan untuk menciptakan sengketa atau kesan buruk terhadap Shin Tae-yong.
“Nanti malah jadi sengketa seakan-akan habis manis sepah dibuang. Karena apa pun yang sudah dilakukan, semua baik,” ujar Erick.
“Saya berprinsip tidak mungkin apa yang dicapai saat ini tanpa program PSSI, tetapi tanpa pelatih yang baik, juga tidak mungkin tercapai,” tambahnya.
Pernyataan ini mempertegas bahwa pergantian pelatih bukanlah cerminan ketidakpuasan terhadap kinerja Shin Tae-yong, melainkan langkah strategis demi hasil yang lebih optimal.
Keputusan mengganti Shin Tae-yong menuai kritik lantaran ia berhasil membawa Indonesia melangkah sejauh ini dalam kualifikasi Piala Dunia 2026.
Di bawah arahannya, skuad Garuda telah memainkan enam pertandingan di putaran ketiga dan menyisakan empat laga penting ke depan.
Hal ini dianggap sebagai pencapaian luar biasa bagi Indonesia, yang jarang menembus tahap sejauh ini di kancah internasional.
Namun, di balik apresiasi terhadap Shin Tae-yong, Erick menilai bahwa situasi saat ini menuntut perubahan.
“Kami mencari figur yang bisa memberi ekstra effort dalam hal komunikasi, taktikal, dan lain-lain,” katanya.
Keputusan PSSI untuk mengganti pelatih di tengah perjalanan kualifikasi memancing komentar sinis dari netizen.
Banyak yang mempertanyakan langkah ini, mengingat Indonesia bukanlah negara yang rutin tampil di Piala Dunia.
“Lagian belaga hebat banget PSSI, Indonesia itu selevel apa sih? Rank 100-an, tembus AFC jarang, masuk round 3 kualifikasi WC aja udah kayak keajaiban,” tulis salah satu netizen di media sosial X.
Selain itu, kritik juga mengarah pada isu kesejahteraan pelatih.
Banyak yang meragukan bahwa PSSI mampu menarik pelatih berkualitas dengan tawaran gaji yang layak.
“Emang ada ya pelatih yang mau dibayar kecil buat ngelatih paketan (U-23 + senior)? Belum lagi kadang diomong jelek sama karyawan sana,” tulis netizen lainnya.
Beberapa bahkan menilai bahwa Timnas Indonesia terlalu percaya diri dengan mengira pelatih top Eropa tertarik melatih tim yang masih jauh dari standar internasional.
“Timnas ini mengira mereka adalah tim unggulan yang bakal diminati pelatih-pelatih top Eropa,” sindir pengguna media sosial lainnya. (adk)
Load more