Semarang, Jawa Tengah - Suara mirip peluit nyaring berbunyi saat pedagang puthu bumbung lewat. Itulah ciri khas yang membuat penggemar puthu bumbung langsung beranjak keluar rumah.
"Pak, puthu pak....," begitu biasanya orang memanggil, dan otomatis penjualnya akan berbelok dan menepi di depan rumah pembeli.
Pikulan sebelah kiri penjual adalah tempat menaruh bahan baku sekaligus untuk menata puthu bumbung. Sedangkan pikulan yang di sebelah kanan adalah kukusan untuk memasak. Ada lubang kecil di bagian ujung kukusan yang kalau ditutup akan mengeluarkan suara mirip peluit karena tertekan uap air.
"Kalau pedagang es atau bakso keliling kan kalau ngasih kode ke pembeli pakainya mangkok yang diketuk pakai sendok ya. Nah, kalau bakul puthu yang pakainya kukusan yang disumpeli, jadinya bunyinya ngiiiing.... gitu kayak sempritan," kata Pak Supri, pedagang puthu bumbung yang biasa keliling di Tembalang, Kota Semarang.
Puthu bumbung berbahan tepung beras biasa dan tepung beras ketan. Keduanya diadon bersama sedikit garam hingga tercampur rata. Fungsi campuran tepung ketan membuat nantinya puthu bumbung teksturnya jadi kenyal.
Load more