Semarang, Jawa Tengah - Suara mirip peluit nyaring berbunyi saat pedagang puthu bumbung lewat. Itulah ciri khas yang membuat penggemar puthu bumbung langsung beranjak keluar rumah.
"Pak, puthu pak....," begitu biasanya orang memanggil, dan otomatis penjualnya akan berbelok dan menepi di depan rumah pembeli.
Pikulan sebelah kiri penjual adalah tempat menaruh bahan baku sekaligus untuk menata puthu bumbung. Sedangkan pikulan yang di sebelah kanan adalah kukusan untuk memasak. Ada lubang kecil di bagian ujung kukusan yang kalau ditutup akan mengeluarkan suara mirip peluit karena tertekan uap air.
"Kalau pedagang es atau bakso keliling kan kalau ngasih kode ke pembeli pakainya mangkok yang diketuk pakai sendok ya. Nah, kalau bakul puthu yang pakainya kukusan yang disumpeli, jadinya bunyinya ngiiiing.... gitu kayak sempritan," kata Pak Supri, pedagang puthu bumbung yang biasa keliling di Tembalang, Kota Semarang.
Puthu bumbung berbahan tepung beras biasa dan tepung beras ketan. Keduanya diadon bersama sedikit garam hingga tercampur rata. Fungsi campuran tepung ketan membuat nantinya puthu bumbung teksturnya jadi kenyal.
"Kalau nggak pakai campuran tepung ketan nanti jadinya mawur, nggak bisa lengket membentuk gilig gitu," kata Supri yang sudah berjualan puthu sejak belasan tahun yang lalu.
Setelah jadi adonan, kemudian dimasukkan ke dalam bambu kecil seukuran pipa air. Yang suka manis, pada bagian tengahnya diberi irisan gula kelapa atau gula aren.
Adonan dalam bambu ini lalu diletakkan pada kukusan kayu yang diberi air panas dan daun pandan. Bagian atasnya diberi lubang-lubang kecil. Fungsi lubang adalah untuk mengeluarkan uap air ke dalam bambu yang berisi adonan tadi, sehingga puthu bumbung yang diletakkan di atasnya pun bisa matang dan wangi.
Pada kukusan tersebut terdapat sekitar sepuluh lubang untuk memasak sepuluh puthu bumbung wangi. Butuh lima menit saja untuk mematangkan adonan puthu bumbung. Setelah itu, puthu bumbung disodok kayu agar bisa keluar dari bambu. Tumpukan puthu bumbung pun terhidang di atas daun pisang. Di atasnya kemudian ditaburi parutan kelapa dan sedikit gula pasir.
Puthu bumbung terasa gurih dan manis dengan tekstur yang remah tapi juga kenyal. Biasanya nikmat disantap sebagai kudapan di sore hari. Makanya pedagang puthu bumbung biasanya keliling selepas siang.
Harga puthu bumbung seribu rupiah per biji, tapi biasanya orang membelinya satu bungkus berisi sepuluh puthu bumbung. (Teguh Joko Sutrisno/Buz)
Load more