Kendal, Jawa tengah - Namanya cukup unik, Sumpil. Berbahan sederhana tapi sangat disuka. Terutama bagi warga di Kaliwungu Kendal, Jawa Tengah.
Menurut warga setempat, sumpil merupakan makanan tradisional Kaliwungu yang sudah disantap sejak jaman dulu secara turun temurun. Secara rasa mirip-mirip dengan ketupat. Tapi sumpil tidak dibungkus dengan janur atau daun pisang. Tapi memakai daun bambu. Bentuknya juga berbeda yaitu segitiga.
"Iki kan bedanya dengan ketupat atau lontong adalah pada bungkusnya yang dari daun bambu. Jadi rasanya agak beda terutama pada aroma yang dihasilkan daun bambu. Mungkin dulu daun bambu dipakai karena praktis dan gampang didapat," kata Mashuri, warga Kaliwungu.
Sumpil hadir pada momen tertentu saja, seperti Ramadhan dan bulan Mulud saat warga Kaliwungu melaksanakan tradisi weh-wehan atau saling berbagi hidangan kepada saudara dan tetangga.
Khusus di bulan Ramadhan, penjualan sumpil dimulai pada sehari menjelang Ramadhan pada acara tradisi tukudher di halaman Masjid Besar Kaliwungu. Kemudian selama bulan Ramadhan para pedagang makanan di sekitar Kaliwungu juga menjualnya.
"Sumpil ini cara menikmatinya dengan mengudap pakai sambal dan kelapa parut. Dibuka daunnya lalu ditutulkan begitu. Enak, sekali mengudap habis beberapa, kan bentuknya juga kecil," tambah Mashuri.
Harga sepaket sumpil rata-rata sekitar lima ribu rupiah, bisa dibeli di alun-alun atau di Pasar Gladak Kaliwungu. Kendal.
Cara membuat sumpil pun cukup mudah, pertama beras dicuci dan dibersihkan, kemudian di ibungkus daun bambu lalu direbus hingga matang. Aroma tradisional akan menyeruak saat sumpil dibuka dan diberi kelapa yang sudah diparut. (Teguh Joko Sutrisno/mii)
Load more