“Saat itu Nyai Ageng Maloka baru berusia 28 tahun. Setelah Pangeran Wiranegara wafat, kemudian Nyai Ageng Maloka memutuskan memindahkan pusat pemerintahan dari Binangun Bonang menuju Lasem dan kediaman lamanya ditempati oleh adiknya yaitu Raden Maulana Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang,” jelasnya.
Puji menambahkan, ketika memerintah, Nyai Ageng Maloka membangun taman yang sangat indah bernama Taman Sitaresmi di Caruban, Desa Gedongmulyo.
Selain memimpin Kadipaten Lasem, Nyai Ageng Maloka juga dikenal giat menyebarkan agama Islam, terutama bagi kaum perempuan. Putri Sunan Muria dan Putri Sunan Kudus pernah mengaji di kediaman Nyai Ageng Maloka.
“Saat itu kemudian Nyai Ageng Maloka membangun taman yang sangat indah bernama Taman Sitaresmi di Caruban, Desa Gedongmulyo. Dipilihnya Caruban karena letaknya di pinggir pantai dan agar Nyai Ageng Maloka lebih mudah berkoordinasi dengan Santi Puspo yang kebetulan bermukim disitu. Santi Puspo merupakan kerabat dari suaminya yang menjabat sebagai laksamana laut,” terangnya.
“Nyai Ageng Maloka meninggal dunia ketika usia 39 tahun. Dengan adanya duet antara kakak beradik ini, Nyai Ageng Maloka dengan Sunan Bonang inilah yang membuat Islam semakin berkembang, khususnya di Kabupaten Rembang, dulu sampai sekarang,” pungkasnya. (Abdul Rohim/Buz)
Load more