Purwokerto, Jawa Tengah - Hidangan khas saat Ramadhan selalu dijumpai di semua daerah. Warga Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menyukai keong sawah masak pedas atau disebut kraca, sebagai camilan di bulan puasa. Rasa khas kenyal daging keong, dipadu dengan bumbu pedas dan aroma rempah, membuat kraca melegenda.
"Setelah dicuci sampai bersih, bumbu dulu masukin, ditumis sampai harum. Baru kraca dimasukan, dimasak hingga tiga jam," ujar Nani Kamlani, pedagang kraca terkenal, di bilangan Kauman Lama, Purwokerto.
Nani menjelaskan, keong yang dimasak adalah keong sawah hitam. Karena ada beberapa jenis keong sawah, dan tidak semua enak untuk dikonsumsi.
Saat ini, keberadaan keong hitam di sekitar Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga jarang ditemui. Keong didapatnya dari daerah Pemalang dan Pekalongan, Jawa Tengah.
Warung kraca milik keluarga Kamlani di Kauman Lama, Kebondalem Purwokerto, sudah puluhan tahun menjajakan kraca. Saat Ramadhan, bisa memasak lebih dari satu kuintal kraca dalam sehari.
"Kalau hari biasa, kisaran 30 kilogram. Kalau puasa, awal mulai naik sampai sekuintal. Bahkan kalau sudah menjelang lebaran, bisa dua kuintal dalam sehari," ujarnya.
Jelang lebaran, banyak pemudik yang ingin bernostalgia mengudap kraca. Mencecap cita rasa masa kanak-kanak saat bulan puasa. Itulah kenapa para pemudik memesan khusus ke keluarga Kamlani.
"Mereka biasanya pesan jauh-jauh hari. Karena kalau yang dijual di warung, paling sejam saja sudah ludes," ujarnya lagi.
Lalu, berapa harganya? Seperempat kilogram kraca, dijual Rp 10 ribu. Pembeli biasanya mulai berdatangan sejak waktu ashar, karena jika dekat waktu magrib, dijamin tidak kebagian, alias sudah ludes habis terjual.
"Selalu kalau bulan puasa sering ke sini. Enak, gurih, pedas. Ini camilan sejak kecil kalau bulan puasa. Gak berasa bulan puasa kalau belum menikmati kraca. Pokoknya legend," ujar Ratih, salah seorang pelanggan. (Sonik Jatmiko/Buz)
Load more