<p>Jakarta - Selalu ada perdebatan di media sosial tentang cara paling enak dalam menikmati bubur, salah satu menu sarapan yang lazim di Jakarta. Sebagian warganet mengatakan bubur, kuah, potongan ayam, kacang, sambal dan kerupuk yang diaduk terasa lebih enak, sisanya lebih memilih makan bubur tanpa diaduk sehingga tiap pugasannya terpisah.
Semua memang kembali kepada selera masing-masing, tapi khusus untuk bubur ase yang merupakan makanan khas Betawi, tampaknya tim bubur diaduk jadi juara.
"Campur biar enak, kalau dipisah enggak enak," kata Feisal di Cikini, awal April, ditulis Minggu.
Feisal mengatakan, nama "ase" diambil dari "asinan dan semur", pugasan dari kuliner Betawi yang kini termasuk langka. Dalam suguhan bubur ase yang dibuat Feisal, buburnya terasa hambar karena sumber rasanya ada pada semur dan asinan yang meliputi toge, lobak, sawi asin, lokio dan mentimun. Semur menyumbang rasa manis, sementara asinan memberikan nuansa asam dan pedas berkat komposisi cuka, gula merah, kacang tanah, ebi dan cabe.
Selain daging sapi dan asinan, bubur ini juga dilengkapi dengan tahu, kentang serta kerupuk merah.
Buku "Kuliner: Suatu Identitas Ketahanan Pangan Unik" karya Musa Hubeis dan W Kania Dewi menyebutkan bubur ini memang punya penampakan yang berbeda dari bubur Cianjur, Sukabumi atau bubur China. Pugasannya lebih ramai dan berwarna, tapi dominan hitam berkat kuah semur. Hidangan semur pada umumnya terdiri dari potongan daging dengan kuah kecap, bumbunya terdiri dari rempah seperti pala, kayu manis, cengkeh, jahe, merica dan ketumbar.
Dikutip dari buku "Kuliner Betawi, SELAKSA RASA dan cerita", bubur yang dimasak dengan daun salam dan santan ini biasa dilengkapi dengan kacang tanah goreng, udang rebon dan daun bawang. (ant/mii)
Load more