Banyuwangi, Jawa Timur – Bagi penyuka kuliner pedas, Banyuwangi adalah surganya. Salah satu yang terkenal adalah ayam pedas Rantinem di Terminal Genteng. Dengan racikan bumbu turun temurun, kuliner ini siap mengguncang lidah. Kuah pedasnya dijamin nendang. Namun, tak bikin kapok. Justru ketagihan.
“Resep ini warisan turun temurun. Keluarga kami mulai membuka warung sejak tahun 1970-an. Sekarang generasi kedua,” kata Giyem (50), pengelola Warung Rantinem.
Racikan bumbu yang lengkap, membuat rasa ayam pedas Rantinem tak pernah berubah. Ini yang membuat pelanggannya dari segala usia tetap setia. Proses pemilihan daging ayam juga tak asal-asalan. Hanya ayam berkualitas yang dipilih. Proses pembuatannya dibutuhkan kesabaran. Tahap awal, daging ayam dibakar. Setelah itu, direbus ke dalam kuah santan pedas hingga beberapa jam. Sehingga, bumbu dan kuah meresap. Menciptakan rasa gurih yang berlipat, bercampur pedas. Seluruh proses memasak menggunakan kayu bakar. Apinya membuat makanan matang secara utuh.
“Kami hanya menggunakan ayam kampung pilihan. Jadi, dagingnya makin gurih ketika bercampur kuah pedas,” jelasnya.
Tak mengenal sepi, ayam pedas Rantinem ini selalu ramai. Mulai awal hingga akhir pekan. Selain warga lokal, banyak wisatawan yang ketagihan dengan kuah pedasnya. Dalam sehari, Giyem menghabiskan 100 ekor ayam. Jumlah ini akan meningkat ketika momen liburan. Khusus cabai, dia bisa menghabiskan minimal 25 kilogram per hari. Untuk menciptakan rasa pedas asli, Giyem memiliki langganan khusus pemasok cabai. Didatangkan langsung dari petani. Kualitasnya terjamin.
Ayam pedas biasanya dihidangkan dengan lalapan sayur. Harga yang ditawarkan juga terjangkau. Satu porsi hanya dipatok Rp 25.000 dengan kuah porsi besar dan nasi putih. Harga ini tak sebanding dengan lezatnya ayam dan kuah yang nendang. Dijamin ketagihan. (hoa/rey)
Load more