Untuk menghasilkan gas, setiap hari Rusmani mengumpulkan kotoran ayam dari sekitar seratus lima puluh ekor ayam petelur peliharaannya yang ditampung ke dalam tong plastik.
Caranya, kotoran ayam yang tertampung di terpal yang dipasang di bawah kandang disiram air hingga kotoran ayam masuk ke dalam tong plastik penampung.
Akibat aktivitas bakteri Anaerob pada lingkungan tanpa oksigen bebas, kotoran ayam yang telah dimasukkan ke dalam tong plastik penampung atau digester, dalam waktu tertentu akan menghasilkan biogas.
Dari tong plastik penampungan kotoran ayam, gas yang dihasilkan tinggal disalurkan ke kompor gas lewat selang paralon untuk digunakan memasak sesuai kebutuhan.
“Api yang dihasilkan dari biogas kotoran ayam ini lebih biru dibandingkan gas elpiji. Keuntungan lainnya limbah cair kotoran ayam sisa bahan baku biogas bisa dimanfaatkan untuk pupuk cair tanaman, jadi banyak sekali manfaatnya,” ungkapnya.
Rusmani mengaku sejak menggunakan biogas kotoran ayam, dia bisa menghemat pengeluaran untuk membeli gas elpiji. Cukup memasukkan kotoran ayam ke dalam tong plastik penampung atau digester dua hari sekali, bisa untuk memasak dua hari.
“Alhamdulilah biogas kotoran ayam ini bermanfaat sekali. Selain bisa mengurangi polusi bau, juga bisa menghemat pengeluaran untuk beli gas elpiji. Kalau biasanya beli gas elpiji ukuran 5,5 kg harganya Rp 100 ribu, kini tidak perlu beli gas elpiji lagi,” pungkasnya (Arm/dan)
Load more