Topeng yang digunakan juga turun temurun, bukan topeng yang baru. Cara memakai topeng pun sangat unik, karena tidak dikaitkan di kuping atau kepala, melainkan digigit. Semua pemain wayang topeng harus menggigit topeng tersebut saat pementasan.
“Wayang Topeng Kedungpanjang Desa Soneyan itu dari seni gamelannya, karawitannya,itu tidak bisa seperti wayang wayang yang lain. Terus terkait topengnya itu lain dari yang lain, kalau wayang topeng lainnya itu kan dikalungkan topengnya, kalau wayang topeng kedungpanjang ini di gigit topengnya,” jelasnya.
Dalam pementasan wayang topeng ini sekilas hampir mirip dengan ketoprak. Bedanya para pemainnya mengenakan topeng, sedangkan dialognya dinarasikan oleh dalang. Namun, meski wajah para pemain tertutup topeng, aura karakter dari tiap tokoh begitu terasa.
Payatun yang buyutnya dulu adalah seorang dalang wayang topeng, berharap dengan ditetapkan wayang topeng soneyan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) oleh kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Tekhnologi, bisa berdampak positif terhadap masyarakat Desa Soneyan dan wayang topeng ini bisa berkembang dan tetap lestari tidak tergerus perkembangan kesenian modern.
“Saya berharap setelah wayang topeng Kedungpanjang ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh kemendikbud,semakin menambah keberkahan bagi warga dusun Kedungpanjang, Desa Soneyan,” harapnya.
Dalam pementasan cerita wayang topeng soneyan yang dibawakan setiap tahunnya adalah among tani. Cerita itu tidak pernah berganti dengan cerita lain, karena sebagian besar warga Dukuh Kedungpanjang Desa Soneyan adalah petani.
Di desa Soneyan ada tiga dukuh, namun keberadaan wayang topeng hanya ada di Dukuh Kedungpanjang dan masih dijaga secara turun temurun oleh warga setempat. (Arm/Buz)
Load more