Adegan film Guru Bangsa: Tjokroaminoto, berpindah ketika sang guru bangsa masih bekerja di pabrik karet sebagai juru ketik. Namun dalam kondisi ini Tjokroaminoto justru merasa tidak nyaman karena melihat ketidakadilan pimpinannya kepada kaum buruh.
Keputusan Tjokroaminoto berakhir dengan mengundurkan diri dari pekerjaannya sekarang dan pergi ke Semarang untuk meninggalkan istrinya. Sontak, keputusannya tersebut membuat sang mertua yang merupakan seorang bupati marah besar.
Namun Tjokroaminoto tetap pergi dan memilih Surabaya sebagai tempat pindah pertamanya bersama anak dan istri. Ia kemudian bekerja di sebuah firma sambil menulis dan memimpin surat kabar Bintang Surabaya.
Berlanjut, pada tahun 1912 pimpinan Sarekat Dagang Islam yang saat itu dibekukan oleh pemerintah Hindia Belanda, Haji Samanhudi, mengajak Tjokroaminoto bergabung. Keduanya akhirnya membentuk organisasi baru bernama Sarekat Islam.
Tak disangka, organisasi ini diterima oleh masyrakat Indonesia, terutama rakyat miskin, kemudian bergerak cepat membuka banyak cabang di seluruh pulau Jawa. Sosok H.O.S Tjokroaminoto dikenal sebagai seseorang ahli dalam menulis dan berpidato, serta punya kharisma yang besar.
Berkat kapiawaiannya tersebut, orang-orang memberikan julukan “Satrio Piningit”, “Yang Utama”, dan “Raya Jawa Tanpa Mahkota”. Masyarakat menaruh harapan besar kepada Tjokroaminoto, khususnya kalangan buruh, petani, hingga kaum cendekiawan.
Dalam perjalanannya mengembangkan Sarekat Islam, Tjokroaminoto juga kerap mengumpulkan massa, menggelar orasi, hingga menerbitkan surat kabar. Lambat laun, kemunculan Tjokroaminoto dan gerakannya tersebut mulai menjadi ancaman bagi pemerintah Hindia Belanda.
Load more