Jakarta, tvOnenews.com - Bulan Syakban kerap disebut dengan pintu gerbang dari bulan suci Ramadhan. Hal ini karena dengan memasuki Syakban artinya Ramadhan sebentar lagi akan tiba.
Selain memiliki banyak keutamaan, di Bulan Syakban juga ada peristiwa penting dalam sejarah islam, yakni peralihan kiblat umat muslim.
Dikutip dari NU Online dengan penulis Muhammad Abror, Sayyid Muhammad dalam kitab Madza fi Sya’ban menjelaskan, pada bulan Syakban terjadi beberapa peristiwa penting. Di antara peristiwa tersebut ialah peralihan arah kiblat umat muslim yang semula menghadap ke Baitul Maqdis berubah ke arah Ka’bah.
Penyebab Pindahnya Arah Kiblat
Al-Razi dalam Tafsir Al-Kabir atau yang dikenal dengan Mafatih al-Ghaib menjelaskan bahwa Nabi Muhammad berpandangan bahwa Baitul Maqdis merupakan kiblat orang-orang Yahudi.
Nabi Muhammad juga meminta malaikat Jibril untuk menyampaikan maksudnya kepada Allah SWT agar arah kiblat diganti ke arah Ka’bah saja.
“Wahai Jibril, aku lebih senang jika Allah memalingkanku dari kiblat orang Yahudi. Aku tidak menyukai arah kiblat mereka,” pinta Rasulullah.
Jibril menjawab, “Aku pun hamba sepertimu. Akan saya mintakan hal itu untukmu.”
Ilustrasi
Kemudian, sambil menunggu hasil negosiasi Malaikat Jibril, Rasulullah diceritakan menengadahkan wajahnya ke arah langit.
Kemudian Malaikat Jibril pun turun dengan membawa wahyu yang memerintahkan agar arah kiblat diganti ke arah Ka’bah.
Hal tersebut seperti yang tercantum dalam Surah Al-Baqarah ayat 2 berikut ini:
قَدۡ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجۡهِكَ فِي ٱلسَّمَآءِۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبۡلَةٗ تَرۡضَىٰهَاۚ فَوَلِّ وَجۡهَكَ شَطۡرَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِۚ وَحَيۡثُ مَا كُنتُمۡ فَوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ شَطۡرَهُۥۗ وَإِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ لَيَعۡلَمُونَ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّهِمۡۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا يَعۡمَلُونَ
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 144)
Baitul Maqdis yang Kini Disebut Masjid Al Aqsa (pixabay)
Mengapa Rasulullah SAW Minta Kiblat Dipindah dari Baitul Maqdis?
Syekh Fakhruddin al-Razi dalam Mafatih al-Ghaib melanjutkan,
الأول: أن اليهود كانوا يقولون: إنه يخالفنا ثم إنه يتبع قبلتنا ولولا نحن لم يدر أين يستقبل ، فعند ذلك كره أن يتوجه إلى قبلتهم . الثاني: أن الكعبة كانت قبلة إبراهيم . الثالث: أنه عليه السلام كان يقدر أن يصير ذلك سبباً لاستمالة العرب ولدخولهم في الإسلام . الرابع: أنه عليه السلام أحب أن يحصل هذا الشرف للمسجد الذي في بلدته ومنشئه لا في مسجد آخر.
Pertama, dulu orang-orang Yahudi berkata, “Muhammad sebelumnya berbeda (arah kiblat) dengan kita, lalu ia mengikuti kami. Andai saja tidak ada kami, pasti ia tidak tahu akan menghadap ke arah kiblat yang mana.”
Alasan kedua yaitu Ka’bah merupakan kiblat bagi Nabi Ibrahim. Kemudian yang ketiga, menurut Rasulullah, jika arah kiblat ke arah Ka’bah, hal ini bisa menyentuh hati orang-orang Arab. Sehingga diharapkan mereka mau masuk Islam.
Alasan Nabi Muhammad yang keempat, Rasulullah SAW menginginkan kemuliaan untuk masjid yang ada di kota beliau, kota kelahiran baginda. (Litah Tafsir al-Kabir, juz 4, hlm 121)
Pergantian kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah terjadi pada hari Selasa saat pertengahan bulan Syakban seperti dikatakan oleh Abu Hatim al-Basti.
صلى المسلمون إلى بيت المقدس سبعة عشر شهرة وثلاثة أيام سواء، وذلك أن قدومه المدينة كان يوم الاثنين لاثنتي عشرة ليلة خلت من شهر ربيع الأول، وأمره الله عز وجل باستقبال الكعبة يوم الثلاثاء للنصف من شعبان
“Orang muslim pernah shalat menghadap Baitul Maqdis selama 17 bulan tiga hari. Hal ini berdasarkan perhitungan Rasulullah saw tiba di Madinah pada Senin, tanggal 12 bulan Rabi’ul awwal. Kemudian Allah swt memerintahkan Nabi saw untuk mengganti arah kiblat ke Ka’bah pada hari Selasa pertengahan bulan Sya’ban.” (lihat Madza fi Sya’ban, hlm. 10)
(sumber: Anadolu Agency)
Hikmah Pindahnya Arah Kiblat ke Ka’bah
Menurut para ulama pakar tafsir, hikmah perubahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah diantaranya adalah sebagai ujian bagi orang-orang yang beriman.
Bagi mereka yang betul-betul beriman, instruksi ini langsung mereka patuhi. Tanpa komentar atau pun kritikan. Namun bagi mereka yang imannya masih lemah, akan meragukan dan mengira Nabi SAW tidak konsisten dengan pendiriannya.
Terkait hal ini, Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 2 yaitu:
, وَمَا جَعَلۡنَا ٱلۡقِبۡلَةَ ٱلَّتِي كُنتَ عَلَيۡهَآ إِلَّا لِنَعۡلَمَ مَن يَتَّبِعُ ٱلرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيۡهِۚ وَإِن كَانَتۡ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُۗ
Artinya: “Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah.” (QS. Al-Baqarah [2]:
Load more