Jakarta, tvOnenews.com - Salah satu kisah nabi yang disebutkan dalam Al-Qu'ran adalah kisah Nabi Syuaib. Kisah Nabi Syuaib ini tak dijelaskan secara rinci jika dibandingkan dengan Nabi Sulaiman atau Nabi Nuh. Namun ada baiknya di Bulan Syakban yang baik ini kita coba mempelajari kisah orang - orang mulia terdahulu.
Nabi Syuaib adalah salah satu nabi yang lahir di tengah-tengah komunitas Arab selain Nabi Saleh, Nabi Hud, dan Nabi Muhammad.
Kisah Nabi Syuaib ini juga lekat dengan Nabi Musa AS karena disebutkan bahwa Nabi Musa menikah dengan salah seorang anak Nabi Syuaib.
Kelahiran Nabi Syuaib A.S diperkirakan terjadi pada tahun 1600 SM. Secara harfiah, Syuaib memiliki arti memberikan petunjuk pada jalan kebenaran. Oleh sebab itu, ketika masih kecil, Nabi Syuaib selalu berusaha untuk menjaga hatinya dan menahan dirinya agar tidak melakukan perbuatan buruk dan sia-sia.
Nabi Syuaib juga selalu menyapa terlebih dahulu kepada setiap orang yang lewat di hadapannya. Selain itu jika ada seseorang yang meminta bantuan beliau tanpa berpikir panjang dan tanpa rasa malas langsung memberikan bantuan. Sifat dan perilaku terpuji itu beliau lakukan untuk membuat orang lain bahagia.
Sebagai Nabi Allah, Nabi Syuaib juga diberikan anugerah mukjizat yang dapat membantunya menyebarkan kebenaran. Salah satu mukjizat itu ialah kemampuannya dalam berkomunikasi lisan. Allah memudahkan beliau untuk menjelaskan maksud perkataannya kepada orang lain dengan mudah.
Ilustrasi (NU Online)
Kisah Nabi Syuaib dalam Berdakwah
Dengan izin Allah, Nabi Syuaib kecil dilahirkan di tengah - tengah kaum Madyan yang bermukin di jazirah Arab, tepatnya di antara Hijaz dan Syam. Ia diberikan perintah oleh Allah untuk mengajarkan kaum Madyan untuk hidup dengan ketetapan - ketetapan Allah, salah satunya dengan melakukan perdagangan yang jujur. Saat itu kaum Madyan ini memang terkenal curang dalam aktivitas jual beli.
Sifat masyarakat Madyan ini juga dituliskan dalam Al - Quran Surah Al - A'raf ayat 85 - 87.
وَاِلٰى مَدْيَنَ اَخَاهُمْ شُعَيْبًاۗ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ فَاَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيْزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ اَشْيَاۤءَهُمْ وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَاۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَۚ
Dan kepada penduduk Madyan, Kami (utus) Syuaib, saudara mereka sendiri. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah. Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan jangan kamu merugikan orang sedikit pun. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu orang beriman.” (Q.S Al - A'raf ayat 85)
Dari ayat - ayat ini kita dapat mengenali bahwa kaum Madyan memang dikenal khusus dengan sifat curangnya ini. Nabi Syuaib lalu menasihati mereka untuk menyempurnakan takaran dan timbangan agar tidak merugikan orang lain sedikit pun dalam berbisnis.
Beliau juga mengajak kaum Madyan untuk kembali menyembah Allah serta bertobat dari perbuatan - perbuatan jahat jika ingin menghindarkan diri dari azab Allah. Perbuatan jahat ini disebut dalam tafsir Ibnu Katsir sebagai kegiatan perampokan di tengah jalan atau yang kini sering disebut begal. Hal ini tercantum dalam Quran Surah Al - A'raf ayat 86.
وَلَا تَقْعُدُوْا بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوْعِدُوْنَ وَتَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِهٖ وَتَبْغُوْنَهَا عِوَجًاۚ وَاذْكُرُوْٓا اِذْ كُنْتُمْ قَلِيْلًا فَكَثَّرَكُمْۖ وَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِيْنَ
Dan janganlah kamu duduk di setiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan Allah dan ingin membelokkannya. Ingatlah ketika kamu dahulunya sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S Al - A'raf ayat 86).
Ilustrasi (unsplash)
Kaum Madyan atau Midian ini sebenarnya sebuah komunitas yang telah diberkahi dengan kekayaan dan kesenangan karena berada di tanah yang subur.
Namun alih - alih bersyukur, kaum Madyan malah tamak sehingga tega menjadi bandit dan penipu. Pelan - pelan mereka akhirnya menjauh dari ajaran Allah, sebagian memilih untuk tak bertuhan dan sebagian lainnya menyembah berhala yang mereka ciptakan sendiri.
Mufassir seperti Ibnu Katsir menyebutkan bahwa kaum Madyan adalah orang - orang yang pertama kali menerapkan biaya atau pajak bagi musafir yang kebetulan melewati wilayah mereka. Sikap tamak dan licik inilah yang kemudian ditegur oleh Nabi Syuaib. Mendengarkan nasihat itu mereka lalu mencemooh Nabi Syuaib dan mengatakan bahwa mereka berhak mengatur 'properti' mereka semaunya.
Selain itu kelicikan yang dilakukan oleh kaum Madyan biasanya dilakukan oleh para pedagang yang dibutakan mata hatinya oleh harta sehingga para pedagang licik ini sering menimbang barang dengan berat yang tak sesuai.
Mereka yang melakukan kecurangan ketika menimbang suatu barang, maka timbangannya akan diganjal dengan batu, sehingga pembeli merasa bahwa berat barang yang dibeli sudah sesuai. Keuntungan pedagang pasar akan bertambah menjadi dua kali lipat setelah melakukan perbuatan tidak terpuji itu.
Lebih parahnya lagi, penduduk Madyan yang sering melakukan kecurangan beranggapan bahwa mengurangi berat timbangan merupakan bentuk dari kepandaian atau keahlian dalam transaksi jual beli.
Tak pelak, aksi dagang seperti ini sangat merugikan para petani dan pedagang-pedagang kecil yang ada di wilayah tersebut. Di satu sisi pedagang besar semakin kaya dengan perbuatan buruk itu sedangkan di sisi lainnya penduduk yang miskin juga bertambah miskin.
Azab Bagi Kaum Madyan
Menyadari hal-hal yang buruk yang terjadi di sekitarnya, Nabi Syuaib berusaha mengajak penduduk Madyan untuk meninggalkan perbuatan tersebut.
Namun sayangnya kaum Madyan tetap keras kepala dan berpegang teguh terhadap kepercayaan nenek moyangnya dan tidak ingin meninggalkan praktik - praktik yang telah mereka lakukan sejak lama. Bahkan setiap nasihat yang disampaikan ke mereka hanya mendapat ejekan sinis.
قَالُوْا يٰشُعَيْبُ اَصَلٰوتُكَ تَأْمُرُكَ اَنْ نَّتْرُكَ مَا يَعْبُدُ اٰبَاۤؤُنَآ اَوْ اَنْ نَّفْعَلَ فِيْٓ اَمْوَالِنَا مَا نَشٰۤؤُا ۗاِنَّكَ لَاَنْتَ الْحَلِيْمُ الرَّشِيْدُ
Mereka berkata, “Wahai Syuaib! Apakah agamamu yang menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah nenek moyang kami atau melarang kami mengelola harta kami menurut cara yang kami kehendaki? Sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun dan pandai.” (Q.S Hud ayat 87)
Ilustrasi (unsplash)
Meski diejek, Nabi Syuaib tetap tenang dan tak emosi. Beliau menyampaikan bahwa ia tak bermaksud menimbulkan masalah dan justru ingin menciptakan kebaikan sesuai perintah Allah SWT. Ia juga memperingatkan bahwa sesungguhnya Allah akan menimpakan azab yang pedih bagi mereka yang tidak taat. Beliau meminta kaum Madyan segera bertobat sebelum azab itu diturunkan.
Namun hidayah memang milik Allah. Allah hanya memberikannya kepada orang - orang yang berusaha. Meskipun telah diberi nasihat dan peringatan, mayoritas penduduk Madyan tetap membangkang dan malah mengancam Nabi Syuaib.
Nabi Syuaib pun berdoa kepada Allah agar berkenan menimpakan azab kepada orang - orang sesat itu agar kebusukannya tak menyebar lebih jauh dan meracuni orang - orang yang telah beriman.
Allah SWT mendengar dan mengabulkan doa tersebut serta memerintahkan Nabi Syuaib bersama segelintir orang - orang beriman itu agar keluar dari kota untuk menyelamatkan diri.
Setelah jauh meninggalkan kota, Allah lalu menurunkan cuaca yang sangat panas dan kering yang membuat tumbuh - tumbuhan mati. Tanaman pangan dan komoditas dagang andalan kaum Madyan pun musnah.
Tak lama berselang Allah juga menurunkan bencana gempa bumi serta halilintar yang membuat penduduk Madyan yang masih kafir itu mati.
فَكَذَّبُوْهُ فَاَخَذَهُمْ عَذَابُ يَوْمِ الظُّلَّةِ ۗاِنَّهٗ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيْمٍ
Kemudian mereka mendustakannya (Syuaib), lalu mereka ditimpa azab pada hari yang gelap. Sungguh, itulah azab pada hari yang dahsyat. (Q.S Asy - Syu'ara' ayat 189)
Demikianlah akhir kisah Nabi Syuaib. Dari cerita ini kita dapat belajar bahwa jujur dalam berdagang serta menerima apa yang memang sudah menjadi haknya merupakan perintah Allah. Janganlah meniru perbuatan - perbuatan yang licik dan merugikan orang lain seperti yang dilakukan kaum Madyan yang akhirnya dibinasakan Allah dalam keadaan kafir.
Semoga kisah Nabi Syuaib ini dapat dipetik hikmah dan pelajarannya agar kita semua dijauhkan dari sifat - sifat yang tercela. (afr)
Load more