Semarang, tvOnenews.com - Setiap jelang masuknya bulan Ramadhan, di Kota Semarang, Jawa Tengah ada tradisi yang namanya Dugderan. Tradisi ini sudah berlangsung sejak jaman pemerintahan Bupati Ki Ageng Pandanaran, ratusan tahun lalu.
Dugderan digelar untuk mengumumkan hari pertama bulan Ramadhan kepada masyarakat dengan membunyikan bedug yang berbunyi dug, dan meriam yang berbunyi der. Maka jadilah istilah Dugderan.
Nah, di setiap acara Dugderan, masyarakat yang hadir akan disuguhi makanan khas yaitu roti ganjel rel. Mereka akan berebut roti tersebut untuk dimakan maupun dibawa pulang sebagai makanan sahur maupun berbuka.
Nama roti ganjel rel memang unik. Awal mulanya karena roti ini berbentuk kotak memanjang dan teksturnya keras. Warga Semarang pun menyamakannya dengan ganjel rel kereta api yang memang keras. Maka jadilah nama roti ganjel rel.
Menurut salah satu perajin yang membuat dan menjual roti ganjel rel, sebenarnya roti ini pertama dibuat oleh orang Belanda dengan bahan gandum dan tidak keras. Namanya pun bukan genjel rel. Dan saat itu menjadi makanan elit.
Kemudian, karena warga juga ingin kenikmatinya, maka mereka meniru membuat roti tersebut. Nah, karena harga gandum mahal, maka warga membuatnya dengan tepung gaplek atau singkong kering yang jauh lebih murah dan saat itu menjadi bahan makanan sehari - hari.
"Kareka gaplek itu kan sifatnya memang keras, ya jadinya pasti atos ya, keras kayak kayu. Maka terus orang menamainya ganjel rel. Tapi roti itu tetap punya rasa rempah kayu manis seperti aslinya," kata salah satu membuat roti dari Keluarga Masjuki yang turun temurun membuat roti ganjel rel di kawasan Kauman Semarang.
Load more