Kotapinang, tvOnenews.com - Masjid Raya Kota Pinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, merupakan Masjid Raya peninggalan Kesultanan Kotapinang, sekaligus menjadi masjid tertua di daerah Kotapinang.
Lokasi berjarak 200 meter dari Istana Kota Bahran yakni di Jalan Istana, Kecamatan Kotapinang.
Dulunya, masjid ini lebih dikenal sebagai Masjid Raja. Namun seiring perubahan masa, kemudian masjid ini dikenal sebagai Masjid Al Mustofa atau Masjid Raya Besar Agung Kota Pinang.
Tidak ada catatan resmi mengenai sejarah Masjid Raya Kotapinang, baik catatan mengenai pendiri maupun waktu didirikannya masjid tersebut. Sehingga muncul beberapa versi terkait sejarah berdirinya bangunan masjid kuno ini.
Tepatnya sebelum Istana Kota Bahran yang terletak di Jalan Istana. Saat itu, Kesultanan Kota Pinang mencapai masa kejayaannya sebagai kesultanan yang sangat maju.
Menilik Arsitektural Masjid Raya Kota Pinang
Jika merujuk pada keterangan Tengku Idrus Mustafa atau Aizuz Thafa Hamid yang merupakan ahli waris resmi dari almarhum Sultan Mustafa, mengatakan bahwa sultan pada masa itu memang sengaja membangun Masjid Raya Kota Pinang dengan megah.
Alasannya, para raja di Kesultanan Labuhanbatu saat itu, lebih mementingkan kemegahan sebuah tempat ibadah dari pada mementingkan kemegahan istananya sendiri.
“Bangunan masjidnya terbagi atas beberapa tempat, yaitu ruang utama dan teras untuk shalat, kemudian tempat wudhu yang terpisah dari bangunan utamanya. Ruang utama untuk shalat berbentuk prisma, kemudian jika dilihat dari desain atapnya, bangunan ini justru akan terlihat seperti burung layang-layang yang sedang terbang," katanya
"Kemudian pada sisi kiblat terdapat sebuah mihrab lawas yang menjorok ke luar. Kemudian dari belakang hingga sisi kanan dan kiri bangunan terdapat teras yang dapat difungsikan sebagai tempat istirahat, maupun tempat tambahan shalat jika jamaah sudah tidak tertampung lagi di dalam ruangan pada hari besar Islam,” tambah Tengku Idrus Mustafa.
Selain itu, lanjut Tengku Idris, jendela-jendela diletakkan di sekeliling pintu beranda dan terbuat dari kayu ukir dan kaca.
Masjid ini pada awalnya sangat berbeda dengan masjid-masjid lainnya karena tidak memiliki banyak ornamen di bagian dalam.
Namun akhir-ahir ini, pengurus masjid kemudian memberikan beberapa seni ukiran dan seni kaligrafi untuk menghiasi bagian dalam masjid, terutama pada bagian dindingnya.
Menurut Wan Ades Iskandar Nasution, salah satu waris kesultanan Kota Pinang yang juga pengamat sejarah di Labusel menjelaskan, masjid raya ini dibangun sebelum Istana Bahran.
"Jadi oleh Sultan, masjid ini dibangun untuk tempat berinteraksi sultan kepada masyarakat pada saat itu, di mana Sultan dapat membaur dengan rakyatnya. Kemudian, setelah masjid dibangun, barulah Sultan membangun Istana Bahran Kota Pinang. Ini ada hubungannya dengan Istana Bahran Kota Pinang, bahwa pendiri awal adalah Sultan Al Mustofa, artinya Sultan yang kesebelas yang gelarnya Mahmud Perkasa Alamsyah,” tutup Wan Ades.
Lanjut Ades, sultan Mahmud Perkasa Alamsyah memang dari dulunya sudah lkuat agamanya sehingga sultan membangun masjid raya agar dia dapat berdiskusi dengan rakyatnya masa itu ketika ada acara acara keislaman seperti Lebaran, puasa.
Kalau di bulan Ramadhan biasanya masjid ini ramai karena masjid ini memliki sejarah sehingga menjadi kebanggaan masyarakat Labuhanbatu Selatan.
maski banyak masjid-masjid lain namun tidak mengurangi masyarakat untuk beribadah di masjid Al Mustofa ini lebih lebih pada bulan Ramadhan dimana setiap bulan Ramadhan ada pembagian Takjil untuk berbuka puasa, Tadarus, Tarawih jadi masjid ini tetap ramai, pungkas Ades.(esa/wna)
Load more