Semarang, tvOnenews.com - Tradisi di bulan Ramadhan banyak ragamnya. Tiap daerah juga punya tradisi khas masing-masing yang tentunya menjadi momen menarik yang ditunggu-tunggu.
Di Kota Semarang, salah satu tradisi yang hadir di setiap jelang dan selama bulan Ramadhan adalah tradisi teng-tengan. Apa itu?
Tengtengan adalah hiasan dari kertas yang dirangkai begitu rupa dengan rangka bambu, menjadi seperti lampion. Di dalamnya nanti diberi lilin atau lampu minyak sehingga terang di malam hari. Warnanya bermacam - macam tapi umumnya adalah putih kombinasi hijau dengan hiasan gambar.
Teng-tengan biasanya dipasang di depan rumah, dan di gang - gang kampung. Awalnya, dulu berfungsi untuk penerangan karena belum ada listrik. Kemudian setelah penerangan listrik ada di mana - mana, maka tengtengan pun bergeser menjadi tradisi, terutama untuk hiasan bulan Ramadhan.
Menurut takmir Masjid Besar Kauman, H. Muhaimin, tengtengan ini jaman dulu pernah dikenalkan oleh seorang tokoh ulama Semarang yang bernama Kyai Damar.
"Jadi waktu itu ada tokoh agama Islam membuat alat penerangan yang sekarang disebut tengtengan itu. Beliau membuatnya untuk menerangi jalan dan gang - gang yang menuju ke arah masjid. Maka kemudian masyarakat memberi julukan Kyai Damar, nama aslinya bukan itu sebenarnya. Damar itu artinya penerangan. Maka untuk menghargai beliau masyarakat kemudian juga memberi nama kampung yang tak jauh dari Masjid Kauman dengan nama Kampung Pedamaran," jelas H. Muhaimin.
Teng-tengan pada bulan Ramadhan, juga menghiasi area jalan dan Aloon- Aloon depan Masjid Kauman Semarang. Hiasan berwarna putih hijau tersebut dipasang berderet dan melintang di atas jalan setinggi lima meter. Kalau malam, teng-tengan tersebut akan benderang karena di dalamnya diberi lampu.
Load more