Dari tahun 1913 hingga 1918, Muhammadiyah mendirikan lima sekolah Islam. Pada tahun 1919 sebuah sekolah menengah Islam, Hooge School Muhammadiyah didirikan.
Dalam mendirikan sekolah, Muhammadiyah menerima bantuan yang signifikan dari Boedi Oetomo, sebuah gerakan nasionalis penting di Indonesia pada paruh pertama abad kedua puluh, yang menyediakan guru.
Muhammadiyah pada umumnya menghindari politik dan tidak pernah membentuk partai politik. Sejak didirikan, ia telah mengabdikan dirinya untuk kegiatan pendidikan dan sosial.
Ketika itu, perjuangan yang dilakukan Ahmad Dahlan tidak mudah. Bukan hanya tantangan dari pemerintah Belanda, tetapi juga dari penduduk pribumi, bahkan dari kalangan umat Islam sendiri.
Ide-ide Pembaharuan Ahmad Dahlan dianggap aneh dan menyeleweng dari ajaran Islam sehingga membuatnya dituduh sebagai kiai kafir. Namun ia tetap bertahan dan terus berjuang dengan sekuat tenaga hingga Muhammadiyah tetap bertahan hingga hari ini di usianya yang telah melewati satu abad.
Reformasi dan modernisasi di mata Kyai Haji Ahmad Dahlan tidak hanya bisa dilakukan dalam bidang politik saja, banyak hal yang perlu dikerjakan dalam menciptakan masyarakat Islam yang sejahtera.
Itulah sebabnya Kyai Haji Ahmad Dahlan dalam Muhammadiyah lebih mengutamakan aspek ibadah, aqidah, syariah, ahlak dan muamalah. Mendirikan sekolah, panti asuhan, rumah sakit dan penerbitan, menjadi prioritas gerakan amaliah.
Kyai Haji Ahmad Dahlan meninggal pada tahun 1923 dan dimakamkan di pemakaman Karangkajen, Yogyakarta. Atas jasa-jasa K.H. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. (Buz)
Load more