Semarang, tvOnenews.com - Bubur India masih menjadi menu kuliner khas buka puasa di Masjid Pekojan Kota Semarang selama bulan Ramadhan 2023. Tradisi tersebut sudah berjalan ratusan tahun semenjak masjid tersebut dibangun oleh masyarakat muslim keturunan Gujarat yang bermukim di Semarang.
Setiap bulan Ramadhan, takmir Masjid Pekojan selalu membuat bubur India di samping masjid. Ada dua orang yang rutin memasak. Salah satunya adalah Pak Ahmad (50). Sekali masak menghabiskan 20 kilogram beras yang setelah matang dibagi - bagi menjadi 200 porsi. Maka selama bulan Ramadhan, total ada 6.000 porsi bubur India yang dibuat.
Menurut Ahmad, tradisi bubur India ini meneruskan apa yang sejak dulu dilakukan warga di Pekojan selama bulan Ramadhan. Mereka tidak pernah berganti menu. Kalau pun ada tambahan adalah lauk pauk yang merupakan sumbangan dari donatur.
"Dulu kan yang berdakwah orang - orang Gujarat yang keturunan India. Itu orang - orang yang tangguh dalam berdakwah. Lalu mereka membangun masjid di sini, dan kebiasaan dari sana itu ya otomatis dibawa juga, salah satunya makan bubur rempah yang kemudian orang menyebutnya bubur India," jelas Ahmad saat tvonenews menemaninya mengolah bubur.
Proses pembuatan bubur India di Masjid Pekojan Semarang saat bulan Ramadhan. (Teguh Joko)
Ia menambahkan, ceritanya kalau kumpul - kumpul itu orang di Pekojan santapan menunya bubur. Termasuk waktu berbuka puasa bersama - sama. Lalu diteruskan sampai sekarang.
"Kan di Pekojan ini masyarakatnya keturunan Gujarat yang disebut orang Khoja, yang bermukim banyak, makanya disebut kampung Pekojan," kata Ahmad.
Ahmad pun bercerita tentang bubur India ini. Bahan utamanya adalah beras. Kemudian bumbunya ada bawang putih, bawang merah, rempah - rempah seperti laos, serai, kapulaga, kayumanis, daun salam, dan ditambah daun pandan agar wangi. Campuran lainnya adalah potongan wortel dan daun bawang sebagai sayur.
Semua bumbu tersebut direbus dalam panci tembaga besar berisi air hingga mendidih dengan bahan bakar kayu. Kemudian berasnya dimasukkan. Nah, proses selanjutnya cukup lama. Pembuat harus terus mengaduk agar buburnya tidak gosong. Setelah hampir matang, dimasukkan santan kelapa dan terus diaduk selama dua jam sampai matang dan jadi bubur India.
"Ciri khas bubur ini adalah aroma rempahnya yang kuat. Nanti kalau sudah matang dan kentalnya pas, didiamkan dulu selama setengah jam agar menjadi hangat. Nanti membaginya, kalau masyarakat sekitar pada datang bawa tempat sendiri seperti mangkuk, rantang, dan lain - lain. Kalau pas buka puasa untuk siapapun yang datang ke masjid," jelasnya.
Penyajian bubur ini memakai mangkuk yang ditata berjejer di serambi masjid Pekojan. Yang menyumbangkan lauk pauk tiap hari, mengirim menu yang berbeda. Ada gule, sayur lodeh, opor, serta sambal goreng tahu.
Kemudian ada juga buah seperti semangka atau melon dan yang rutin adalah kurma.
"Saya tiap Ramadhan selalu menyempatkan ke sini. Suasananya beda. Dan buburnya enak, rasa dan aromanya benar - benar khas. Mirip nasi uduk tapi ini kan bubur yang lebih cair dan kental. Dan tiap hari lauknya ganti - ganti," cerita Hendi, warga Semarang.
Banyak musafir yang datang ke sini selain untuk sholat juga ingin merasakan nikmatnya bubur India yang jarang ditemui. (Tjs/Buz)
Load more