Ketika masuk bangunan, interior masjid nampak megah. Ukiran-ukiran khas dimunculkan, lengkap dengan warna coklat muda. Lantainya berbahan keramik dari granit.
Tiga kipas angin gantung terpasang di dinding, dua di shaf pria dan satu lagi di shaf wanita. Jam digital penunjuk waktu shalat menggantung tepat di area mimbar dan akan berbunyi ketika waktu shalat sudah tiba.
Dua kaligrafi Al Quran terpasang di dinding bagian shaf wanita. Lampu gantung bercorak berlian menggantung di atas mimbar imam.
Ada juga empat pasang lampu hias yang menempel pada bagian atap masjid. Modelnya mewah, warnanya cokelat keemasan berpadu dengan kokohnya lima pilar di sana.
Ada juga mimbar kayu berwarna cokelat sebagai tempat imam berceramah, semakin menambah kesan mewah pada masjid dua lantai itu.
Mulai 2020
"Tahun 2020, ada pemilik rumah, dia ini ahli waris dan menginginkan tanahnya diwakafkan sehingga menghubungi tokoh kampung dan agama di sini," kata Ketua RT setempat, yang juga seorang wakil ketua takmir di Masjid Rahmatan Lil'Alamin, Izzudin.
Setelah rencana pembangunan disetujui, warga setempat segera membentuk panitia pembangunan masjid dan dilanjutkan dengan menggelar musyawarah di Balai RW setempat.
Melalui proses urun rembuk itu, kemudian diperoleh kesimpulan bahwa warga ingin konsep berbeda pada bangunan gedung masjidnya, namun tetap kental akan nuansa Islam.
Pembahasan terus dilakukan, hingga akhirnya muncul kesepakatan bahwa gedung masjid yang akan dibangun mengambil konsep Ka'bah. "Akhirnya ada yang usul bagaimana kalau dibentuk model Ka'bah, karena di sekitar sini belum ada (masjid dengan model bangunan Ka'bah). Akhirnya, disepakati oleh para panitia pembangunan waktu itu," ucapnya.
Load more