Boyolali, tvOnenews.com – Masjid Jamii’ Jalaluddin yang berada di Dukuh Glinggang, Desa Kendel, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali merupakan masjid tua yang dan juga unik. Bangunan masjid ini dari lantai dan dindingnya terbuat dari kayu jati.
Masjid tersebut dibuat oleh seorang pemuka agama bernama Mbah Jalal. Namun warga dan keluarganya tidak mengetahui secara pasti kapan masjid ini didirikan.
Takmir masjid sekaligus cucu dari Mbah Sahal, M. Thoha, membenarkan jika masjid diteruskan oleh Jalal yang juga murid dari Sahal.
Dalam mencari kayu untuk bahan bangunan masjid juga tidak sembarangan mencari. Pencarian kayu harus berdasarkan mimpi yang dialami oleh Kyai Jalal. Setelah mendapatkan mimpi di suatu tempat, maka akan mencari di bawah tanah tersebut.
Sementara, salah satu cucu Mbah Jalal, Muhndori, mengungkapkan, Masjid Jamii’ Jalaluddin tersebut diperkirakan sudah berdiri dari tiga generasi dan sudah berusia ratusan tahun.
“Kurang lebih ya 200 tahun ada. Itu kurang lebih, kalau pastinya saya enggak tahu. Wong Mbah Jalal enggak bilang tahun sekian,” kata Muhndori saat di jumpai di masjid.
Ia menjelaskan pendirian masjid kayu jati tersebut tidak mudah dan melalui perjuangan yang keras, dan dipergunakan untuk tempat beribadah umat Islam di Glinggang, awalnya guru dari Mbah Jalal, yaitu Kyai Sahal.
Pembangunan masjid juga sempat terhenti, karena masih minimnya masyarakat yang beragama Islam, sehingga pembangunan masjid kemudian dilanjutkan oleh Kyai Jalal.
Lebih lanjut, Muhndori mengatakan, yang menjadi keunikan dari masjidnya adalah berbahan kayu jati kuno yang didapat dari wilayahnya dan kayunya merupakan kayu yang disakralkan.
“Ini bukan kayu yang ditebang, artinya bukan kayu yang tampak mata secara langsung. Ini dicari di bawah tanah dan yang bisa mengambil Mbah Jalal,” ujarnya.
Muhndori menjelaskan pada saat pembangunan Masjid Jamii’ Jalaluddin, Kyai Jalal berpuasa selama kurang lebih dua tahun untuk ikhtiar membuat masjid dan agar bisa menemukan kayu di bawah tanah. Kayu-kayu tersebut diambil di sekitar Dukuh Glinggang.
Lebih lanjut, Muhndori mengungkapkan Mbah Jalal berpesan agar anak cucu dan masyarakat untuk memelihara masjid dengan sebaik-baiknya.
“Lebar masjid kurang lebih 20 meter dengan Panjang 40 meter. Di lantai dua masjid, tepatnya di atas serambi, dulunya digunakan untuk mengaji. Saat ini digunakan untuk aktivitas shalat Jumat.
Hingga saat ini Masjid Jamii’ Jalaluddin masih aktif digunakan warga untuk salat berjamaah. Pada hari biasa digunakan untuk Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) anak-anak.
Dan selama Ramadhan ini digunakan setiap habis subuh dan duhur untuk kajian kitab kuning dan pada malam di gunakan untuk sholat tarawih dan tadarus.(ags/buz).
Load more