Jakarta, tvOnenews.com - Musibah berasal dari kata a-ṣāba yang berarti sesuatu yang menimpa kita. Kata musibah dalam kehidupan dapat diartikan sebagai peristiwa yang menimpa manusia baik yang berasal dari peristiwa alam maupun sosial.
Lantas bagaimanakah cara kita mengetahui apakah musibah yang datang akibat dosa kita atau bukan?
“Mengapa Shalat Istisqa kita jamaah? karena kalau kita shalat istisqa, lalu sehabis shalat hujan turun, kita akan berkata ini turun mungkin ini doa kamu yang makbul, bukan oh ini karena doa saya,” jelas Ustaz Abdul Somad.
“Tapi ketika kemarau tidak turun itu karena saya, ketika kita menyalahkan diri kita muncul rasa bersalah, maka kita sudah dapat satu poin dari Allah,” tambah UAS.
Jadi UAS menggarisbawahi perihal pentingnya kita memiliki rasa bersalah. Hal itu adalah sesuatu yang sangat penting dilakukan oleh setiap manusia.
“Nabi Adam langsung mengaku setelah berbuat salah, merasa dzalim itu yang diungkapkan duluan, aku salah,” kata UAS.
“Kesalahan orang zaman sekarang, sudah salah, tidak mengaku salah, salahkan orang lain,” tambah UAS.
UAS lantas menasehati agar kita selalu melakukan koreksi terhadap diri sendiri sebelum menilai atau menyalahkan orang lain terlebih dahulu.
“Makanya, hitung-hitung diri kamu sebelum kamu dihitung, timbang-timbang sebelum kamu ditimbang,” kata UAS.
‘Kata Abu Darda RA, berpikir sejenak, lebih baik dari qiyamul lail sepanjang malam, kita cepat beristigfar,” tambah UAS.
Maka seyogyanya setiap manusia haruslah sering melakukan koreksi diri dan beristigfar kepada Allah SWT.
Ilustrasi Musibah Tanah Longsor (tim tvOne)
Dalam Al-Qur’an, apa saja yang menimpa manusia disebut dengan “musibah”, baik dalam wujud kebaikan atau keburukan bagi manusia, seperti yang tercantum dalam Surah Al Hadid ayat 22-23.
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ () لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ () الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
Artinya:
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Allah juga menjelaskan bahwa jika “musibah” yang berupa kebaikan berasal dari Allah, namun bila berupa keburukan atau yang kemudian disebut dengan bencana, maka karena perbuatan manusia sendiri. hal itu seperti yang tercantum dalam Surah An Nisa ayat 79.
مَآ اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ۖ وَمَآ اَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَّفْسِكَ ۗ وَاَرْسَلْنٰكَ لِلنَّاسِ رَسُوْلًا ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ شَهِيْدًا
Artinya:
Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi.
Wallahualam
Load more