“Setiap penyakit ada obatnya, maka jika obat telah mengenai penyakit maka akan sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Muslim).
“Sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan penyakit kecuali telah menurunkan untuknya obat yang diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya.” (HR. Ahmad)
Ketika umat Islam salah paham tentang takdir dengan kepasrahan fatalis tanpa usaha, sehingga mereka bertanya kepada Nabi apa perlu berobat bila datang takdir sakit, beliau menjawab:
“Ya, wahai hamba-hamba Allah, berobatlah, karena Allah ‘Azza wa Jalla tidak menaruh penyakit kecuali menaruh padanya obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu kerentaan.” (HR. Ahmad)
Dalam sebuah kisah diriwayatkan, Nabi Ibrahim pernah menanyakan kepada Allah SWT dari mana asalnya penyakit dan obat, dijawab oleh Allah “dari-Ku”, Nabi Ibrahim kemudian menanyakan,
Ilustrasi Orang Sakit (freepik)
“Lalu bagaimana dengan seorang dokter atau tabib?” Maka Allah menjawab: “Ia hanyalah seorang perantara yang dikirimkan melalui tangannya suatu obat.”
Oleh karena itu, siapapun yang memberi obat baik dokter, tabib, sinshe ataupun ahli pengobatan tradisional lainnya itu bukanlah masalah, selama misinya pengobatan dan tercapainya kesembuhan.
Dalam melakukan ikhtiar dalam pengobatan, kita bebas memilih sendiri mana yang berkenan di hati kita, selama tidak menyekutukan Allah SWT..
Meski obat-obatan yang diberikan berbeda, semua boleh dikonsumsi asalkan tidak mengandung bahan-bahan yang najis, haram ataupun membahayakan serta diracik dengan cara-cara yang haram.
Load more