Jakarta, tvOnenews.com - Momen diturunkannya Al-Qur`an secara khusus dijelaskan oleh Allah SWT dalam beberapa ayat. Dijelaskan bahwa turunnya Al-Qur'an pada bulan suci ramadhan.
Berikut beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang menceritakan proses turunnya kitab suci Islam tersebut.
إِنَّا أَنْزَلْناهُ فِي لَيْلَةٍ مُبارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (الدخان [44]: 3)
Sesungguhnya Kami (mulai) menurunkannya pada malam yang diberkahi (Lailatul Qadar). Sesungguhnya Kamilah pemberi peringatan. (al-Dukhān [44]: 3)
شَهْرُ رَمَضانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ (البقرة [2]: 185)
إِنَّا أَنْزَلْناهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (القدر [97]: 1)
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur`an) pada Lailatul Qadar (al-Qadr [97]: 1)
Ilustrasi Seorang Muslimah Membaca Al-Qur'an (pixabay)
Ayat-ayat di atas, antara satu dengan yang lainnya saling menjelaskan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh Al-Qur`an diturunkan sekaligus di bulan Ramadhan, tepatnya pada malam Lailatul Qadar.
Hal ini dikarenakan redaksi ayat menggunakan lafal anzalna (diturunkan langsung semuanya). Lailatul Qadar (yang saat itu A-Qur`an diturunkan) sendiri dalam beberapa riwayat bertepatan dengan tanggal 24 Ramadhan.
Namun, menurut Ibnu ‘Asyūr, mayoritas riwayat menyebutkan tanggal 27 Ramadhan.
Menurut Muhammad al-Qurṭūbī, para ulama sepakat jika Ramadhan merupakan bulan diturunkannya Al-Qur`an.
Namun sebenarnya tidak semua dari mereka sepakat. Sufyan bin ‘Uyaynah dan al-Husain bin al-Fadl mislanya, mereka menafsiri al-Baqarah [2]: 185 dengan,
“Bulan Ramadhan merupakan bulan, yang Al-Qur`an diturunkan untuk menegaskan keutamaan bulan tersebut.”
Ilustrasi Al-Qur'an (pixabay)
Tafsir lain datang dari Ibn al-Anbārī yang memaknainya bahwa,
“Bulan Ramadhan adalah bulan, yang Al-Qur`an diturunkan untuk memberitahu kewajiban puasa di dalamnya.”
Mungkin yang dimaksud al-Qurṭūbī adalah mayoritas ulama, bukan seluruh dari mereka.
Sementara dalam menceritakan proses diturunkannya Al-Qur`an, para ulama juga berbeda pendapat. Berdasarkan sumber dari kitab-kitab tafsir, secara garis besar perbedaan tersebut bisa dikategorikan menjadi tiga sudut pandang:
1. Mayoritas ulama mengatakan bahwa Al-Qur`an diturunkan secara keseluruhan pada malam Lailatul Qadar, pada bulan Ramadhan.
2. Muqātil bin Sulaiman al-Balkhī berpendapat jika Al-Qur`an diturunkan ke langit dunia setiap kali malam Lailatul Qadar selama 23 tahun.
Di setiap malam itu, Allah Taālā menurunkan ayat-ayat yang sudah diatur-Nya untuk diturunkan pada tahun tersebut.
Ilustrasi. Al-Qur'an (istockphoto)
Setelah itu barulah ayat-ayat tadi diturunkan kepada Nabi ṣalla Allāh ‘alayh wa sallam, secara berangsur, dalam kurun waktu satu tahun. Menurut Imam al-Rāzī, kedua pendapat ini dimungkinan benar.
3. ‘Āmir bin Sharāḥīl al-Sha’bī berasumsi jika yang dimaksud al-Qadr [97]: 1 adalah permulaan diturunkannya al-Qur`an, yakni pada malam Lailatul Qadar.
Baru setelah itu, Al-Qur`an diturunkan secara gradual sesuai konteks yang ada.
Hal ini al-Sha’bī sampaikan setelah memahami pula kandungan dari al-Isrā’ [17]: 106.
Salah satu mufasir kenamaan bernama Ibnu ‘Asyūr terlihat menyetujui pendapat ketiga ini.
Semua pendapat di atas masing-masing memiliki tendensi, dan tentunya pendapat mayoritas ulama memiliki banyak riwayat yang keabsahannya tidak diragukan lagi.
Merujuk kepada pendapat mayoritas ulama, Ahmad al-Ṣāwī dalam tafsirnya menarasikan proses turunnya al-Qur`an secara lebih spesifik.
Ilustrasi Seorang Membaca Al-Qur'an (istockphoto)
Menurutnya, Al-Qur`an turun dimulai dari malaikat Jibril yang memperolehnya dari lawḥ al-mahfūẓ, kemudian Jibril turun ke langit dunia dan mendiktekannya kepada para malaikat al-Safarah.
Mereka (al-Safarah) lantas menulisnya di atas lembaran-lembaran yang urutannya sama dengan mushaf di bumi.
Kejadian ini bertempat di baitul ‘izzah, salah satu tempat di langit dunia.
Setelah itu, barulah Al-Qur`an diturunkan secara berkala kepada Nabi ṣalla Allāh ‘alayh wa sallam, selama (kurang lebih) 23 tahun sesuai konteks yang ada.
Tahap akhir ini dilakukan Jibril dengan mengambil kembali ayat-ayat yang telah ditulis oleh al-Safarah, lalu ia sampaikan kepada Nabi.
Berbeda dengan al-Ṣāwī, al-Balkhī dalam tafsirnya terhadap al-Dukhān [44]: 1. Dalam tafsirnya ada narasi yang berseberangan dengan al-Ṣāwī.
Ilustrasi Al-Qur'an (pixabay)
Bagi al-Balkhī, saat Al-Qur`an diturunkan dari lawḥ al-mahfūẓ, para malaikat al-Safarah-lah yang memiliki peran pertama dalam menerimanya.
Pada momen ini Al-Qur`an diturunkan secara bersamaan. Kemudian para malaikat al-Safarah memberikannya kepada malaikat Jibril selama 20 bulan, dan Jibril memberikannya kepada Nabi ṣalla Allāh ‘alayh wa sallam dalam jangka waktu (kurang lebih) 20 tahun.
Pendapat al-Balkhī ini sekaligus merupakan asumsi keduanya (selain yang sudah disebut), mengenai proses diturunkannya Al-Qur`an.
Perbedaan ulama dalam menentukan waktu turunnya Al-Qur`an dari baitul ‘izzah kepada Nabi ṣalla Allāh ‘alayh wa sallam, antara 20, 23, atau bahkan 25 tahun dikarenakan perbedaan mereka dalam merekam hidup Nabi SAW di Makkah usai diutus.
Adapun kehidupan Nabi Muhammad SAW di Madinah, semua ulama sepakat itu 10 tahun.
Penulis: Aan Niamulloh - Santri Nahdlatul Ulama
Load more